Salah satu kebiasan Nenek Moyang orang Toraja jaman dahulu kala adalah senantiasa mengucapkan syukur kepada Tuhan (Puang Matua) atas segala pencapaian atau keberhasilan atau kesuksesan dalam meraih segala sesuatunya.
Dalam ucapan syukur ini sering mereka melantunkan syair-syair atau puisi-puisi ucapan syukur tanda kegembiraan dan rasa syukur atas berkat yang diberikan oleh Sang Khalik dalam kehidupan mereka.
Salah satu syair yang sudah banyak dilupakan atau bahkan tidak dikenal oleh generasi muda Toraja adalah syair/puisi ungkapan syukur atas tibanya musim panen.
Semoga syair atau puisi berikut ini akan menggugah generasi muda Toraja untuk mengingat kembali kebaikan dan warisan Nenek moyang masa lalu
-
Kendek Mo Burana Padang
Matasak mo sang randanan
Ro'pomo Sangsalu rekke
Matasak na tilan bunu'
Ro'po mo na toto rangkapan
Turun-turun to me pare
Ma'lengkoan to ma' kangkan
Na posende to ma' bongi
Na pa' kurre sumanga'i
Anna ma'dandanmo po'ko'
Panito di ponnoi langngan
Sundunmi alukna pare
Sumaya tallu bulinna
Kurre-kurre sumanga'na
Langngan Puang Matua
Belanna sebokan mamasena
Anna ombo anna membura padang
Untuk terjemahannya dalam bahasa Indonesia kurang lebih seperti dibawah ini:
-
Musim Panen Telah Tiba
Sawah yang luas sudah menguning
Sudah saatnya panen raya
Menguning untaian ikatan padi
Sudah dipotong menggunakan ani-ani
Ramai-ramai para pemanen
Berular para penuai
Bergembira dan bersyukur para penuai
Berjejer tumpukan hasil panen
Penuh disimpan diatas lumbung
Selesai sudah kegiatan panen padi
Puji syukur kepada Tuhan
Atas kebaikan dan kemurahan-Nya
Sehingga bumi memberikan hasil
No comments:
Post a Comment