Seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa masyarakat Toraja pada jaman dahulu kala sudah memeiliki berbagai peradaban yang sangat mengagumkan, baik dalam pembagian strata sosial, menjalani hidup maupun didalam pengklasifikasian jenis keadaan kehidupan.
Disaat keadaan yang menggembirakan masyarakat Toraja menyambutnya dengan berbagai macam acara kegembiraan sebagai tanda suka cita. salah satunya adalah dengan melakukan tari-tarian (ma' gellu) dan penarinya disebut Pa' Gellu'.
Pada jaman dahulu ma' gellu ini diadakan untuk menyambut para Pahlawan (to Barani) yang pulang membawa kemenangan dari medan perang atau bahkan para To Barani ini yang menari-nari tanda kebahagian dan syukur atas keberhasilan mereka dalam perang.
Dalam sejarahnya awal mula Ma' gellu' ini di ciptakan oleh seorang To Barani di daerah Pangala ketika beliau kembali membawa kemenangan dari medan perang.
Nama beliau adalah Ne' Datu Bua'.
Pada jaman beliau menciptakan tarian ini belum ada musik gendang sebagai pengiring sehingga beliau memamfaatkan fasilitas yang ada pada saat itu yakni lesung untuk menumbuk padi sebagai alat musik pengiring.
Pada awal terbentuknya tarian ma'gellu ini tidak ada batasan jumlah juga tidak memandang jenis kelamin, laki-laki maupun perempuan bercampur baur dalam ma' gellu'. Sayangnya tarian ma' gellu' ini tidak begitu jelas kapan Ne' Datu Bua' menciptakan tarian ma' gellu ini, tetapi yang pasti bahwa ma' gellu sudah ada jauh sebelum Indonesia merdeka.
Setelah zaman peranng sudah selesai ma' gellu ini ditampilkan dalam setiap acara kesukaan/kegembibiraan (Rambu Tuka'). Didalam gellu ini terdapat rangkaian gerakan-gerakan yang tersambung indah satu dengan yang lainnya, dimana gerakan-gerakan ini diambil dari kehidupan sosial masyarakat Toraja
Gerakan-gerakan itu terdiri atas 12 gerakan yaitu sebagai berikut :
Gellu Siman Dipobunga'/Pa' Dena-dena'. Gerakan ini adalah gerakan permulaan ketika memasuki pentas tari, dimana gerakan ini mirip dengan gerakan burung pipit ketika sedang terbang, yakni gerakan berputar dengan tangan terayun dan berjingkrak sambil memasuki tempat pentas. Filosofi atau makna daripada gerakan ini adalah ajakan untuk hidup dalam kebersamaan dan kegotong-royongan.
Ma' tabe'/Mekatabe'. Gerakan ini adalah gerakan pembukaan ketika akan memulai ma' gellu' sebagai tanda memohon/meminta izin dan meminta pertolongan kepada Tuhan kiranya diberi kekuatan, kesehatan dan keselamatan dalam melakukan tarian ma' gellu' dan juga sebagai tanda penghormatan kepada setiap orang yang hadir dalam hajatan.
Gerakan mekatabe' dilakukan dengan membungkuk, jongkok, atau berlutut dengan mengatupkan tangan didada dan menundukPa' Gellu' Tua. Pada gerakan ini Kedua tangan dikembangkan, berputar, kaki kanan berjingkrak, dan mengayunkan tubuh dari belakang. Makna atau filosofi gerakan ini adalah sebagai simbol penghormatan kepada pendahulu (Nenek To Dolo/Nenek Moyang) dan senantiasa mengingat jasa-jasa baik mereka
Pa' Kaa-kaa bale. Gerakan pa’kaa-kaa bale menyerupai gerakan ikan yang ada di sungai, mampu melawan arus dan berenang di air yang dalam.
Makna dari gerakan ini adalah bahwa kita harus senantiasa berani dalam melawan ketidakadilan dan ketidak-benaran dengan cara-cara yang bermartabatPa' Langkan-langkan. Langkan dalam bahasa Indonesia burung raja wali. Gerakannya menyerupai kepakan sayap burung elang yang semakin tertiup angin akan semakin cepat terbang
Gerakan pa’langkan-langkan melambangkan burung raja wali yaitu seorang pemimpin haruslah perkasa, berani, dan punya keteguhan hati seperti burung raja wali yang berani melawan angin topan dan keadaan yang burukPa' Tulekken. Tangan ditekan ke pinggang dengan badan berputar dengan kaki bertumpu di atas jari kaki untuk memperhalus gerakan memutar
Gerakan pa’tulekken merupakan simbol evaluasi, mengoreksi tugas dan pekerjaan dalam kehidupan kita apakah sudah sesuai dengan harapan serta tidak merugikan orang lainPa' unnorong. Gerakan ini seperti anak kecil yang sedang beranang di air yang bersih maknanya bahwa kita harus mandi dengan air bersih agar sehat, dan pikiran kita juga harus jerni.
Dalam perkembangannya gerekan Pa' unnorong ini di ganti menjadi Pangallo dimana gerakan ini menyerupai orang yang sedang menjemurMassiri. Gerakannya seperti menirukan perempuan yang sedang menampi beras. Gerakan passiri merupakan gerakan yang menyimbolkan proses memilih. Dalam kehidupan ini kita harus memilih dan memilah-milah apa yang baik dan apa yang buruk. Segala sesuatu yang buruk haruslah kita tinggalkan dan kita jadikan pengalaman seperti pada saat membersihkan beras
Penggirik tang tarru'. Gerakan berputar yang tetap bertahan. Di sini para penari berputar dan menahan putarannya sehingga putaran akan berhenti dengan sendirinya.
Gerakan ini menyimbolkan orang yang bekerja lalu melakukan evaluasi setelah mengerjakan setengah pekerjaannya sebelum melanjutkan pekerjaan tersebut. Tujuan evaluasi ini untuk mengecek apakah sudah benar atau masih ada yang salah atau kurang agar kelak menghasilkan sesuatu yang baik.Pang ra'pak pentallun. Mangra’pak pentallun artinya tangan dira’pak atau mirip dipatahkan 3 kali ini diartikan bahwa dalam sebuah pekerjaan tidak bisa sekaligus dikerjakan tetapi melalui beberapa tahapan dan proses yang cukup panjang
Pang rampanan. Gerakan ini menggambarkan refresing dan relaksasi. Dala sebuah pekerjaan kita tetap harus memiliki waktu untuk beristirahat, tidak boleh bekerja terus menerus
Pa' Passakke. Pa’passakke merupakan gerakan penutup yaitu memberikan penghormatan dan salam kepada tamu yang menyaksikan tarian ini. Selain itu gerakan ini merupakan bentuk ucapan syukur kepada Sang Pencipta atas berkatnya kepada manusia dan untuk segala sesuatu yang boleh mereka kerjakan dan rasakan dan itu semua dari Sang Pencipta Tuhan Yang Maha Esa
Keduabelas gerakan di atas merupakan gerakan awal yang disusun oleh para pendahulu dan dirangkai agar menjadi sebuah tari yang terstruktur dan indah namun memiliki makna mendalam untuk kehidupan orang Toraja.
Namun seiring dengan perkembangan zaman gerakan-gerakan tersebut dirasa oleh beberapa generasi penerus banyak memiliki kesamaan sehingga ada dua gerakan yang diganti dengan gerakan tambahan yaitu gerakan Pa’unnorong dan Pa’langkan-langkan. Kedua gerakan ini memiliki kesamaan bentuk gerak dengan gerakan pa’kaa-kaa bale, maka dari itu diganti dengan gerakan tambahan yaitu gerakan pangallo dan pa’lolok pao. Kedua gerakan tambahan ini juga memiliki makna sama seperti gerakan yang lainnya.
Mangallo Mangallo adalah menjemur padi. Masyarakat Toraja ketika selesai memanen padi dengan menggunakan ani-ani, padi tersebut diikat menjadi satu lalu di jemur di pinggir sawah mereka. Pada gerakan ini mengambarkan kegiatan masyarakat yang sedang menjemur padi di pinggir sawah.
Pa’lolok Pao Pa' Lolok Pao adalah kuncup daun mangga yang masih muda. Gerakan ini mengambarkan munculnya generasi muda mengantikan generasi tua. Kedua gerakan tambahan inilah yang sampai sekarang diturunkan kegenerasi penerus, di sanggar-sangar ataupun disekolah.
Namun seiring dengan perkembangan zaman, generasi muda terus mengembangkan gerakan-gerakan yang ada agar penampilan tari Pa’gellu ini tidak monoton dan membosankan dengan menambahkan ornamen-ornamen gerakan baru agar tetap laku dipasaran.
Tari pa’gellu’ ini juga memiliki ciri khas dalam geraknya yaitu posisi kaki yang selalu jinjit, ini dimaksudkan agar tubuh ketika melakukan gerak tidak cepat lelah, dan dapat memberi keseimbangan pada tubuh sehingga membuat gerakan menjadi lebih indah. Jika dilihat makna filosofinya yaitu bahwa dalam kehidupan kita harus memiliki keseimbangan antara jasmani dan rohani.
No comments:
Post a Comment