Selamat Datang ,@}:-',-- Terima Kasih Atas Kunjungan Anda

Syair Membangunkan Mayat Di Toraja

Ma’nene’ atau mangika'(daerah BODEPA/Bori', Deri, Parinding) ialah upacara di sekitar kubur, dengan membersihkan liang kubur, memberikan persembahan kepada arwah leluhur, mengganti pakaian baru bagi jenazah apabila bungkusnya sudah tua, dan mengganti pakaian tau-tau yang sudah lapuk. Upacara ini dilaksnakan sesudah panen.
Di beberapa daerah ritus itu merupakan kelengkapan dari ARS (Aluk Rambu Solo’) dan dilaksanakan sesudah panen berikutnya sesudah pemakaman. Sementara itu di beberapa daerah lainnya ritus ini tidak rutin artinya acara ini dilaksanakan menurut kesempatan entah setahun berikutnya atau beberapa tahun kemudian. Untuk beberapa daerah lainnya kesempatan ini dipergunakan untuk menyusulkan atau menambah korban persembahan bagi mereka yang telah dikubur. Di Pantilang upacara ini disebut “Ma’To’longgi”, atau “Ma’pundu”, Di Baruppu’ disebut “Ma’Nene”, Di Sa’dan disebut “Ma’Palin”.Berikut adalah Syair untuk mengundang arwah, yang diucapkan atau di lantunkan oleh Tominaa:

    Iate to mamma’ lan batu dilobang
    To matindo lan kumila’ kalle-kallean
    La kutundanpakomi susi to mamma’
    La kuruyangpakomi ten to matindo
    Kamumo te la kisassan kapuran pangan
    Kamumo te la kiserekan passambako-bakoan
    Anna bo’bo’ ditoding kuni’
    Anna rido ditanda mariri’
    Sia ma’bayu ka’pun
    Bonde tang ketanda-tanda
    Dadi limbongmokomi indete rampe matampu’
    Tasikmokomi inde kabotoan kulla’
    Ammi arru’i te pa’dunna bai
    Ammi papassudi te tanda I’lanna to massali tallang
    Anna mammi’ mipatobang di kollong do likaran biang
    Anna marasa miparonno’ di baroko do sellukan tille
    Kukua mangkamokomi ditandan allu’ lan kapuran pangan
    Upu’mokomi ditandan pepasan lan pelamberan baulu
    Tae’mokomi la salian rinding
    Tang deganmokomi la leko’na minangan banua
    Dadi la kumandemokomi massola nasang
    Anggemmi tokiporara rarana
    La tumimbu’na tokipolamba’ makaise’na
    Angki kandei ra’dak barokomi te kami lolo kandauremi
    Kipopamuntu tang ti’pekki massola nasang.
Terjemahan dalam bahasa Indonesia kurang lebih sebagai berikut:
    Hai Engkai yang tidur dalam liang batu
    Yang bersemayam dibalik tubir batu yang mengagumkan
    Akan kubangunkan engkau layaknya orang tidur
    Akan kuguncang engkau seperti yang lelap
    Bagimulah kami menyiapkan sirih dan pinang
    Untukmulah tembakau disajikan
    Dan nasi bertanda kunyit
    Dan rejeki berwarna kuning
    Dan babi berbaju polos
    Babi tak punya bintik
    Berkumpullah engkau sebanyak-banyaknya di sebelah barat
    Berhimpunlah tanpa batas di ufuk matahari terbenam
    Hendaklah engkau menyantap empedu babi ini
    Runcingkanlah bahagian dalamnya
    Untuk mereka yang mencari kedamaian
    Supaya lesat dijatuhkan ke leher di atas tempat persembahan dari gelagah
    Supaya sedap melewati kerongkongan di atas anyaman pimping berisi persembahan
    Seperti yang kukatakan bagimu, waktu telah kutetapkan
    Untuk menerima persembahan kapur sirih
    Telah menerima ketentuan saat meneriman lembaran daun sirih
    Tak ada lagi kalian yang berada di luar dinding
    Tak ada lagi dibalik birai-birai rumah
    Jadi hendaklah engkau semuanya makan
    Sekalian menglirkan darahnya kepada kami
    Kalian yang darahnya mengalir dalam tubuh kami, santaplah
    Supaya kami anak cucumu makan yang sisa
    Supaya beranak cucu layaknya rumpun bambu
    Merambak bagaikan rumpun aur.

Bagi masyarakat Baruppu’ upacara ma’nene’ merupakan upacara tahunan yang dilaksanakan sesudah panen. Ia merupakan upacara massal bagi seluruh keluarga Baruppu baik yang tinggal di kampung maupun yang berada di luar daerah. Oleh karena itu kesempatan ini dimanfaatkan pula sebagai sarana untuk mengadakan reuni keluarga, reuni masyarakat Baruppu’ terutama bagi perantau. Karena ma’nene’ adalah penghormatan bagi seluruh arwah yang jenazahnya berada di dalam liang batu di Baruppu’ sehingga upacara ini meliputi seluruh orang Baruppu’. Ketika diadakan pemakaman dulu, mungkin banyak keluarga yang tidak sempat hadir karena berada di luar daerah, maka pada kesempatan inilah mereka luangkan waktunya untuk menyatakan dukacitanya. Jenazah di baruppu’ tidak boleh disimpan lebih dari 5 malam untuk menunggu keluarga jauh. Pada upaca ma’nene’ itulah kesempatan para perantau atau keluarga untuk pulang kampung mengadakan reuni.

Bagi janda/duda baru (yang baru satu tahun dikuburkan) pada kesempatan inilah dilaksanakan aluk perpisahan dengan almarhum suami atau istrinya, artinya dalam satu tahun terakhir itu, mereka (suami/istri) masih merasa bersama-sama, walaupun dalam dunia nyata tidak seperti itu. Sebelum jenazah suami atau istri dimasukkan kembali ke dalam liang kubur, Tominaa mengucapkan ritus perpisahan antara almarhum dengan janda atau dudanya sebagai berikut :

    La diannamoko tama batu dilobang
    La sangtongkonanmoko topada tindo
    Mintu’ nene’ tepo a’pa, tepo karua, daluk sangpula anna
    La mendapo’moko napatudu lalan tepo a’pa’mu
    Mupatudu lalanni te balimmu anna mendapo’
    Manassamoko piak lindo masakke
    La situlak-tulakmoko keallo kebongi
    La mupatudu lalan lumbang rokko padang
    La pakandean manuk la dedekan palungan
    La rendenan tedong nang la iko napassarei
    La mupatudu lalan tang sipaboringan kada
    Dipapada lando dipasiboko’ rinding dipasisa’de minanga
    La muoli’ lan patudu lalan
    Kiolo dukako kerokkoan padang
    Na kendek buranna padang
    Na lambi’oi dipatamako kapuran pangan
    Ma’pamasakke ma’pakianak
    Ammu kianak sola nene’ todolomu
    Angki kianak ma'kepak patomali

No comments:

Post a Comment