Selamat Datang ,@}:-',-- Terima Kasih Atas Kunjungan Anda

Tarian Manimbong (Doa dan Syukur)

Suku Toraja di Sulawesi Selatan dikenal dengan adat istiadatnya yang kental terutama dalam acara Rambu Solo' dan Rambu Tuka' (Acara Duka dan Acara Suka). Kedua jenis acara ini selalu berdampingan dalam kehidupan manusia yang ada di bumi.
Rambu Solo’ adalah upacara kematian/kedukaan atau upacara yang dilakukan sebelum pemakaman atau acara rangkaian pemakaman jenasah.

Rambu Tuka’ adalah saat berbahagia, dimana tidak ada kesedihan, yang ada hanyalah kegembiraan. Upacara ini berhubungan dengan acara syukuran, misalnya pernikahan, panen, dan peresmian rumah adat yang baru atau yang baru selesai direnovasi. Semua rumpun keluarga hadir. Diharapkan, setelah upacara ini ikatan kekeluargaan menjadi semakin kuat. Upacara ini terkenal dengan nama Ma’Bua, Merok, atau Mangrara Banua Sura’. Rambu Tuka memang tidak sepopuler dan sebesar Rambu Solo.

Banyak ragam Rambu Tuka, beberapa di antaranya adalah :

  • Mangrara Banua (syukuran Perbaikan tonggkonan)
  • Aluk Ma’lolo (upacara kalahiran)
  • Aluk Tanaman (syukuran keberhasilan panen)

Mangrara banua adalah yang terbesar, bermacam tari-tarian dan nyayian dibawakan selama berlangsungnya upacara adat ini. Banyak tarian yang dipertunjukkan pada saat upacara Rambu Tuka’ tersebut antara lain:
  • Pa’gellu
  • Gellu Tungga'
  • Ondo Samalele
  • Pa’dao Bulan
  • Manimbong
  • Ma' Dandan
  • Ma' Bugi'
  • Massinggi'
  • Ma' Bate
  • Dan lain-lain yang berhubungan dengan kegembiraan

Salah satu tarian yang biasa dijumpai dalam acara ma' bua' adalah tari manimbong dan tari Ma’dandan. Tarian Manimbong (Tarian Doa dan Ucapan Syukur) adalah tarian yang secara khusus hanya dilakukan pada upacara adat Rambu Tuka’ atau bagian dari acara (ibadah) Rambu Tuka' (Acara Kesukaan/Kegembiraan Orang Toraja).

Tarian manimbong ini adalah tarian yang diperankan khusus oleh kaum pria Toraja. Tarian Manimbong juga diselenggarakan untuk mengungkapkan rasa syukur, kebanggaan, suka-cita dan doa kepada sang Pencipta (Puang Matua) atas limpahan berkat yang diberikan kepada yang mempunyai hajatan.

Para penarinya menggunakan pakaian dan perhiasan-perhiasan khusus yang konon katanya berunsur magis:

  • Baju Pokko’ (Baju Khas Toraja)
  • Seppa Tallu Buku (Celana khas Toraja)
  • selempang kain sarita (Kain Kebesaran orang Toraja)
  • la’bo’ penai (parang khas Toraja)
  • okkoh-okkoh (sejenis tameng bundar kecil bermotif ukiran Toraja
  • Songko' Londong (Anyaman ikat kepala dari bulu ayam)
  • Bulu gassi (bunga tumbuhan sejenis bambu berdaun mulus yang sudah dikeringkan)

Jumlah penarinya banyak yaitu sekitar 20 hingga 30 orang pria dewasa. Dan biasanya diajarkan semenjak kecil oleh penari dewasa. Tariannya berdurasi antara 7 sampai 10 menit tergantung dari jumlah variasi gerakan
Gerakan mereka juga diiringi dengan syair lagu khusus. Tarian Manimbong biasa dikombinasikan dengan tarian lain seperti tari Ma’dandan dengan gerakan yang diiringi oleh irama yang sama. Pada tarian ini, penari pria dan wanita saling bertukaran tempat ke depan dan ke belakang, berdiri dan berlutut, dengan diiringi sentakan gerakan-gerakan kaki

Adapun jenis gerakan dalam tarian Manimbong terdiri dari 8 gerakan yang di kategorikan yaitu sebagai berikut :
  • Tujuh (7) gerakan gesture yang meliputi gerak:
      1. Pa’ Tambolang
      2. Pa’Male’-Male’
      3. Pa’ Letten Lemo
      4. Pa’ Tulali
      5. Pa' Umbalalan
      6. Pa' Talao Sau Tenden
      7. Pa’ Ruttu Ue
  • Satu (1) gerakan pure movement yaitu gerakan:
      1. Pa’ Bukka’

Bentuk penyajian tarian ini, para penari Manimbong dan Ma’dandan akan berbaris dari luar pelataran Tongkonan untuk memasuki tempat acara Ma’bua’. Para penari akan masuk berbaris sambil berjalan mengelilingi pelataran Tongkonan kemudian mengatur posisi di tengah-tengah pelataran. Proses memasuki pelataran Tongkonan diawali oleh para penari Ma’dandan yang sambil menghentakkan tongkat mereka ke tanah kemudian disusul oleh para penari Manimbong yang sambil membunyikan simbong/okkoh-okkoh mereka. Setelah berkeliling para penari langsung berjejer di tengah-tengah pelataran Tongkonan. Tari Manimbong dan Ma’dandan ditampilkan secara bersamaan dan sambil berhadapan. Pada tari Manimbong tidak menggunakan tata rias apapun kecuali pakaian adat beserta pernak-pernik hiasan kebesaran Toraja.

No comments:

Post a Comment