Selamat Datang ,@}:-',-- Terima Kasih Atas Kunjungan Anda

Para Sahabat Pong Tiku Yang Diasingkan

Pong Tiku sudah ditetapkan menjadi Pahlawan Nasional. Beliau merupakan satu-satunya Pahlawan Nasional asal Tana Toraja. Namun dibalik perjuangan Pong Tiku melawan penjajah Belanda, ada Tokoh-Tokoh lain, lebih tepatnya para sahabat yang ikut berjuang bersamanya namun seolah dilupakan publik Toraja.

Setelah kematian Pong Tiku pada tanggal 10 Juli 1907 para sahabatnya tetap bersemangat untuk melanjutkan perjuangan dengan cara bergerilya atau melakukan pergerakan bawa tanah.

Kondisi psikologis dan sosial ketika itu memicu semangat para tokoh adat dan penguasa wilayah untuk melakukan perlawanan. Mereka terikat dalam wadah yang diberi nama sandi “UNTENDANNI SALU SA’DAN” yang artinya melawan arus (penjajah). Spektrumnya diperluas tidak hanya sebatas wilayah utara tetapi sampai ke selatan (para puang dari Tallulembangna) dengan Pong Simpin dari timur (Pantilang) dan Bombing dan Ua’ Saruran dari barat (Bongakaradeng). Target mereka adalah menculik atau membunuh Tuan Brouwer, Controleur yang memegang tampuk kekuasaan Pemerintah Kolonial Belanda di Toraja ketika itu. Brouwer adalah tokoh di balik pembunuhan Pong Tiku serta pihak yang memaksa masyarakat Toraja membayar pajak (sima ulu), kerja rodi, serta merampas tanah ulayat sawah ladang untuk membuka akses jalan dan ditempati membangun fasilitas Pemerintahan Kolonial lainnya.

Makin lama beban dan penderitaan masyarakat Toraja makin berat. Banyak warga yang meninggal karena kelaparan dan kelelahan karena dipaksa bekerja membuka akses jalan ke Palopo, banyak yang dihukum dan diangkut dengan paksa ke Pinrang untuk membangun bendungan karena tidak mampu membayar pajak. Adat dan budaya juga mulai dikekang karena dianggap bertentangan dengan ajaran kristiani yang mulai diintensifkan sejak A.A. van de Loosdrecht datang ke Toraja sebagai utusan Zending dari negeri Belanda.

Kesemuanya ini memaksa para pejuang menetapkan strategi untuk secepatnya menghadang dan membunuh Brouwer. Pada pertengahan tahun 1907 mereka memilih dan menentukan posisi disekitar jalan yang sering dilewati Brouwer (antara rumah jabatan komandan KODIM sampai sekitar pusat pertokoan sesuai lokasi sekarang) untuk mengintai dan menghadang Brouwer.

Setelah beberapa kali penghadangan gagal para pejuang kembali ke tempat asal masing – masing untuk mempersiapkan senjata dan perbekalan. Pada saat yang sama ketika itu tanggal 27 Juli 1917 A.A. van de Loosdrecht berkunjung ke Bori’ untuk melihat pembangunan gedung sekolah. Meskipun banyak yang tidak setuju karena bukan target yang ditentukan ada beberapa orang yang sudah tidak sabar untuk segera membunuh orang Belanda (mata ma’busa) akhirnya A.A. van de Loosdrecht terbunuh lewat tombak yang ditancapkan di dadanya oleh Buyang ( kakak kandung Pong Massangka) pada malam hari tanggal 27 Juli 1917 tersebut. Momen ini dijadikan alasan oleh pasukan kompeni Belanda untuk menyerang basis-basis pertahanan para pejuang.

Tanggal 29 Juli 1917 serdadu kompeni dengan bala bantuan yang didatangkan khusus dari Palopo menyerbu benteng pertahanan Ne’ Matandung di Balusu kemudian menawan Ne’ Matandung dengan para pengikutnya. Selanjutnya pasukan kompeni bergerak ke Pangala untuk menyerang basis pertahanan Tandibua (keponakan Pong Tiku yang mengambil alih kepemimpinan/Kepala Distrik segera setelah meninggalnya Pong Tiku) kemudian menawan Tandibua bersama para pengikutnya. Pong Massangka dan kawan – kawan yang bergerilya setelah terbunuhnya A.A. van de Loosdrecht dipaksa menyerah setelah serdadu kompeni menawan orang tuanya dan saudara perempuannya. Mereka kemudian ditahan di Tangsi yang kini ditempati sebagai markas Kodim 1414 Tana Toraja.

Semua pejuang yang berhasil ditawan oleh kompeni dikumpulkan dan melalui pengadilan singkat mereka dijatuhi hukuman yang bervariasi antara 4,5 tahun – 20 tahun, kemudian mereka diasingkan ke berbagai tempat di Indonesia yang diperkirakan sekitar pertengahan bulan Agustus 1917, kecuali Pong Arung (Kepala kampung Bori') tidak sempat diasingkan karena dibunuh oleh serdadu kompeni di tahanan kemudian mayatnya digantung untuk dikesankan seolah-olah bunuh diri.

Demikianlah riwayat singkat para sahabat Pong Tiku mulai dari perjuangan sampai pengasingan dimana sebagian besar diantara mereka gugur dalam pengasingan dan sampai hari ini tidak diketahui keberadaan kuburannya.

Adapun nama – nama pejuang yang diasingkan menurut data yang diperoleh sampai sekarang :

  1. Buyang (Ne’ Rego) dari Pangli diasingkan ke Nusakambangan;
  2. Ne’ Matandung dari Balusu diasingkan ke Nusakambangan kemudian dipindah ke Bogor dan meninggal disana;
  3. Tandibua dari Pangala diasingkan ke Sawah Lunto dan meninggal disana;
  4. Pong Massangka dari Pangli diasingkan Boven Digul Tanah Merah kemudian dipindahkan ke Nusakambangan;
  5. Sa’pang (Ne’ Sule Bori) dari Bori’ diasingkan ke Nusakambangan;
  6. Sade (Pong Mangoki’) dari Pangli diasingkan ke Nusakambangan;
  7. Bato’ Limbong (Pong Sirinding) dari Balusu diasingkan ke Tanah Merah;
  8. Karangan dari Pangala diasingkam ke Sawah Lunto;
  9. Pasele’ (Ne’ Manguma) dari Bori’ diasingkan ke Nusakambangan;
  10. Saleppa’ dari Bori’ diasingkan ke Nusakambangan;
  11. To’ Kekka’ dari Akung diasingkan ke Nusakambangan;
  12. To’ Loti (Ne’ Rampa’) dari Bori’ diasingkan ke Nusakambangan;
  13. Sallo’ dari Bori’ diasingkan ke Nusakambangan;
  14. Ne’ Siramma’ dari Bori’ diasingkan ke Nusakambangan;
  15. Arung Padang dari Pangli diasingkan ke Nusakambangan;
  16. Sambira dari Pangli diasingkan ke Nusakambangan;
  17. Kadedeng dari Pangli diasingkan ke Nusakambangan;
  18. Dalame (Ne’ Dawa) dari Pangli diasingkan ke Nusakambangan;
  19. To’ Rinding dari Sangbua diasingkan ke Nusakambangan;
  20. To’ Seleng dari Lempo diasingkan ke Nusakambangan;
  21. Kabai dari Deri diasingkan ke Nusakambangan;
  22. To’ Tinting (Ne’ Sulebontong) dari Akung diasingkan ke Nusakambangan;
  23. To’ Bari dari Lempo diasingkan ke Nusakambangan;
  24. Bontong (Pong Burinda) dari Balusu diasingkan Nusakambangan;
  25. Pong Sitandi dari Balusu diasingkan ke Nusakambangan.
  26. Ne' Sule Tandung dari Tondon diasingkan ke Nusakambangan

2 comments:

  1. Boleh tanya bang, sy pake marga tinting, klo abang tau marga tinting itu dari daerah mana di toraja ?

    ReplyDelete
  2. Klo Marga Tinting banyak kampung yang pakai, jadi maaf saya tidak bisa menebak sodara

    ReplyDelete