Selamat Datang ,@}:-',-- Terima Kasih Atas Kunjungan Anda

Ma' Lalan Aluk Di Tatak (Prosesi penguburan bagi yang terbunuh)

Pada Jaman dahulu kala di Tana Toraja ada suatu tradisi prosesi penguburan jenazah oleh karena meninggal di medan perang atau dibunuh dimana prosesi ini disebut oleh orang Toraja sebagai Ma' lalan Aluk di Tatak.

Untuk jaman moderan saat ini prosesi ini sudah sangat jarang dilakukan bahkan sudah tidak ada, dan kemungkinan banyak generasi muda Toraja sudah tidak tahu akan adanya tradisi warisan leluhur ini. Oleh karena itu saya mencoba mengulas sedikit mengenai tradisi pada prosesi aluk di tatak, tetapi mungkin masih jauh dari harapan kesempurnaan tetapi paling tidak ada secercah kisah yang bisa diketahui dan bisa diperluas oleh setiap generasi Toraja dengan melakukan penyelidikan ilmiah dengan menanyakan kepada para sesepuh Toraja yang pasti masih mengetahui tradisi ini.

Dalam prosesi ini orang yang meninggal tersebut dibuatkan onggokan tanah mirip timbunan tanah kuburan diatas tanah berbukit atau di suatu tempat yang jauh dari pemukiman penduduk.

Mengapa ditempatkan ditempat demikian? itu karena dianggap bahwa beliau tidak sempat melakukan pembalasan.
Tanah yang dibuat onggokan tersebut bisa diambil dari tanah tempat akan melakukan prosesi adat ma' tatak bisa juga di ambil dari tanah dimana beliau terbunuh.

Prosesi pelaksanaan Aluk ma' tatak biasanya dilaksanakan pada malam hari

Diatas onggokan tanah timbunan menyerupai timbunan tanah kuburan tersebut ditancapkan pohon pisang

Kemudian akan ditentukan seseorang untuk melakukan prosesi dan ritualnya.

Ketika orang yang ditentukan untuk melakukan ritual ini sudah mulai seperti orang kerasukan (dalam kepercayaan orang Toraja kerasukan bisa arwah leluhur yang masuk kedalam tubuh seseorang tetapi dalam prosesi ini yang dipercaya merasuki orang tersebut adalah arwah dari yang meninggal tersebut).

Orang yang kerasukan arwah ini akan melakukan gerakan-gerakan seperti orang yang akan berperang sambil memegang sebilah pedang (la'bo' penai bagi kalangan tertentu atau tombak) sambil berkata balas-balas (ala ko bala'mu) dengan menyebut nama korban tersebut.

Dalam prosesi ini orang-orang yang hadir harus menjauh agar tidak kena sabetan pedang atau tombak oleh yang melakukan prosesi ini
Karena pelaksana aluk ma' tatak ini akan menyabetkan parangnya kesegala arah atau menombak ke segala arah, sehingga sangat berbahaya karena sebenarnya orang yang melakukan ritual ini tidak menyadari apa yang dilakukan melain oleh karena pengaruh roh yang masuk kedalam diri orsng tersebut.

Batang pisang yang ditancapkan diatas onggokan tanah tadi itu akan ditebas membabi buta sampai habis terpotong-potong.

Padang merio-rio, buntu pangallaran memase-mase (lokasi yang menyedihkan dan memiluhkan hati) begitulah istilah orang Toraja untuk tempat dilaksanakannya prosesi ritual Ma' Aluk di Tatak.

Itulah sepenggal sejarah masa lalu yang mungkin jarang kita dengar apalagi melihatnya, harapan saya semoga ini bisa memberikan pengetahuan sedikit akan kearifan peradaban nenek moyang

Mohon dikoreksi atau ditambahkan bagi siapa saja yang mengetahui akan tradisi dan aluk ini, biar menjadi pengetahuan lengkap bagi siapa saja