Selamat Datang ,@}:-',-- Terima Kasih Atas Kunjungan Anda

Tongkonan Pasang Tua

Tongkonan Pasang Tua adalah tongkonan yang didirikan oleh Ne' Bua' Tua x Ne Lai' Maya dan memperanakkan 7 orang anak, yaitu:

  • Ne' To' Taru'
  • Ne' Makaba
  • Ne' Manuk Rante
  • Ne' Tandi Lalong
  • Ne' Baka Bulaan
  • Ne' Dalo
  • Ne' Palangsaran

Tongkonan ini disebut Tongkonan Pasang karena menurut histori bahwa di Tongkonan inilah awal mula peletakan tatanan Aluk (sistem kepercayaan) untuk wilayah Deri dan sekitarnya.

Ditongkonan ini masih tersisa peradaban masa lalu sebagai bukti Tongkonan ini sebagai tempat peletakan tatanan Aluk (sistem kepercayaan adat-istiadat) wilayah Deri dan sekitarnya, dimana sistem kepercayaan yang dimaksud adalah sistem kepercayaan yang di sebarkan oleh Nene' Sulo Ara' dari Sesean.

Ditempat ini terdapat sebuah batu besar (megalitikum) sebagai tempat peribadatan/persembayangan sistem kepercayaan aluk todolo (kepercayaan Nenek Moyang orang Toraja Jaman Purba), yang konon ceritanya bahwa batu megalitikum ini memancarkan sinar seperti bulan pada saat bulan purnama dan masih banyak yang sempat menyaksikan kejadian itu, akan tetapi pada saat sekarang ini batu megalitikum ini sudah tidak mengeluarkan sinarnya lagi entah karena sudah berpindah dari tempat awalnya atau ada sesuatu yang membuatnya tidak bersinar lagi.

Batu megalitikum ini persis berada disamping tongkonan pada awal mulanya menurut cerita tutur dari beberapa sumber yang merupakan saksi mata, diantarnya adalah Almarhum Ne' Sampe Bua' sebagai pemangku adat di tongkonan ini, Almarhum Ne' Paulus Ro'son Rumpang yang merupakan pemangku adat di Tongkonan Pemanukan, dan Almarhum Ne' Meri sebagai pemangku adat Tongkonan To' Nangka'.

Kini batu megalitikum tempat melakukan pemujaan Nenek Todolo ini sudah berpindah tempat sekitar 50 meter dari tempat awalnya. Dimana konon ceritanya perpindahannya berlangsung lama dan berangsur-angsur.
Perpindahan batu megalitikum ini terjadi setiap bulan purnama sampai akhirnya berada di tempat yang ada saat ini.

Pada saat ini batu megalitikum ini sudah dijadikan oleh masyarakat setempat sebagai liang lahat.