Selamat Datang ,@}:-',-- Terima Kasih Atas Kunjungan Anda

Tongkonan Layuk

Rumah adat orang Toraja disebut Tongkonan, dimana pada jaman dahulu kala Tongkonan merupakan pusat penyelenggaraan adat-istiadat dan budaya. Seiring perkebangan penduduk dan semakin berkembangnya peradaban nenek moyang orang Toraja maka Tongkonan dalam menyelenggarakan pemerintahan adat dilakukan pemekaran tetapi terpusat pada satu tongkonan utama atau Tongkonan Layuk.

Konon menurut cerita awal mula Tongkonan Layuk di Toraja hanya ada 2, yaitu:

  • Tongkonan Layuk Sulo Ara' di daerah Sesean (masuk dalam Kabupaten Toraja Utara saat ini)
  • Tongkonan Layuk Marinding di daerah Mengkendek (masuk dalam Kabupaten Tana Toraja Saat ini)

Dikatakan Tongkonan Layuk karena darisanalah terbentuknya pranata sosial kemasyarakatan, dimana aturan dan sistem pemerintahan terbentuk. Dimana pengertian Tongkonan Layuk adalah Tongkonan dipo aluk-alukna, dipo ada'-ada'na, dipo-pemali pemalinna, dipo rara-rarana, dipo buku-bukunna. artinya bahwa Rumah Adat tersebut merupakan sumber awal kehidupan dan pranata masyarakat Toraja.

Kemudian beberapa dekade kemudian Tongkonan Layuk berkembang menjadi empat (4), dimana diawali ketika terjadinya pelanggaran tatanan adat di daerah Rura (masuk dalam wilayah Endrekang saat ini), sehingga menyebabkan bencana yang sangat dahsyat terjadi di daerah itu dimana konon ceritanya tana di Rura itu runtuh kebawah menyebabkan seluruh manusia yang menghadiri acara saat itu meninggal semuanya karena tertelan bumi dan ditimbun tangga penghubung antara langit dan bumi.

Para pemangku adat di wilayah selatan saat itu dan Toraja pada umumnya mengalami ketakutan dan kebingungan, dan menyesali apa yang telah terjadi akibat keegoisan seseorang.

Tetapi dalam doa yang senantiasa dipanjatkan mohon ampun kepada Tuhan (Puang Matua) maka para leluhur diberikan petunjuk untuk menghubungi dan menghadirkan To Burake Pong Sulo Ara' dari Sesean untuk memperbaiki dan mengatur kembali tatanan adat yang telah dilanggar oleh Londong Di Rura.

Oleh karena itu utusan dari Rura datang menemui To Burake Sulo Ara' dan kemudian Toburake Pong Sulo Ara' berangkat dari Sesean menuju Rura bersama dengan Pong Bua Uran, Mandai Kema dan Lo'ko' Isi serta para utusan.
Sesampainya di Rura To Burake Pong Sulo Ara' serta rekan-rekannya melakukan upacara pertobatan kepada Tuhan atas segala dosa yang telah dilakukan dan aturan yang telah dilanggar oleh manusia.

Setelah semuanya selesai dan pranata yang telah di susun kembali dan direstui oleh Puang Matua (Tuhan) maka pranata sosial ini disebarkan kembali ke seluruh wilayah Toraja ada yang kebagian barat Toraja, ada yang ke bagian timur Toraja, ada yang ke bagian tengah Toraja, dan ada yang kebagian utara Toraja.

Disnilah awal mula bertambahnya 2 (dua) Tongkonan Layuk sehingga menjadi 4 (empat) untuk mempermudah proses penyebaran pranata yang telah diretrukturisasi oleh To Burake Pong Sulo Ara'.

Selama sekian tahun lamanya pranata sosial ini diikuti dan ditaati oleh masyarakat waktu itu, sampai datangnya belanda ke Toraja. Stelah itu perkembangan Tongkonan Layuk menjadi 12 menurut catatan belanda, tetapi pada kenyataannya Pranata sosial yang ada di toraja tetaplah empat (4). Yang beraneka ragam adalah tradisi.

Kedua belas (12) Tongkonan Layuk yang dicatat belanda ini masih sering mengalami perdebatan, ada yang mengklaim itu adalah unsur politik jaman belanda ada pula dengan pendapat yang berbeda. Tetapi bagi masyarakat Toraja itu bukanlah sesuatu yang membuat mereka terpecah-belah melainkan dengan Tongkonan Layuk ini akan semakin mempererat rasa kekeluargaan dan persatuan masyarakat Toraja pada umumnya.

Awal Terciptanya Dunia

Pada awalnya ribuan tahun lalu, ruang ini masih gelap gulita belum ada apa-apa sama sekali, belum ada hewan dan binatang, tumbuh-tumbuhan, belum ada tanam-tanaman, belum ada manusia. Bumi dan langit masih menyatu, bumi dan langit menikah dan melahirkan dua orang manusia:

  1. Puang matua
  2. Puang tulak padang

Puang Matua lahir dari perkawinan bumi dan langit, dia tumbuh dan berkembang, dan akhirnya Puang Tulak Padang menekan bumi kebawah dan langit/angkasa didorong oleh Puang Matua keatas. Akhirnya bumi dan langit terpisah satu sama lain maka jadilah bumi dan langit.
Puang Tulak Padang turun ke bumi dan Puang Matua naik ke langit. Pada saat Puang Matua sudah berada dilangit dan memandang dari atas dan ia melihat bumi masih kosong melompong, kemudia ia berfikir bahwa harus diciptakan segala-galanya. Akhirnya diciptakanlah :

  1. Puang pirik-pirik moyangnya angin
  2. Datu laukku moyangnya manusia
  3. Kumirrik moyangnya bambu
  4. Banturinno moyangnya kerbau
  5. Re’bona lentek moyangnya babi
  6. Pong maro moyangnya ayam
  7. Mambua tasak moyangnya pinang
  8. Mengkala’ka’ moyangnya rumput dan tumbuh-tumbuhan dan semua jenis tumbuhan dibumi

Semua itu diciptakan oleh puang matua dari dalam sebuah tabung udara kembar. Setelah semua itu diciptakan oleh puang matua dilangit, dan kesemua ciptaannya ini masih ditempatkan dilangit. Ada seorang manusia dilangit Bernama Pong Bura Langi’ membuka pintu rumahnya dilangit kemudian ia melihat dari atas kebawah dan berkata dalam hatinya bahwa ini bumi dibawah bagus dijadikan kampung tapi sayang masih tertutup dengan air lautan.
Kemudian Puang Matua berfikir lagi dan mengambil satu genggam tanah diatas langit dan ditancapkan sebuah potongan tumbuhan gunung kemudian diturunkan kebawah bumi. Kemudian tumbuhan yang ditancapkan itu tumbuh subur sampai kelangit.
Dengan tumbuhan ini Pong Bura Langi’ mencoba berencana turun kebumi, tetapi belum sampai dipertengahan angin kencang/badai datang menerpanya sampai berayun kesana kemari, ke utara ke selatan, barat dan timur. Karena ketakutan akhirnya Pong Bura Langi kembali ke langit dan menemui Puang Matua dan berkata saya sangat letih dan Lelah diterpa angin badai.

Kemudian puang matua berfikir lagi, kemudian berkata mari kita membuat tangga dari langit ke bumi dan diciptakanlah tangga dari langit maka jadilah tangga penghubung antara langit dan bumi. Demikianlah puang matua menciptakan tangga dari langit ke bumi.
Tumpuan tangga dibumi berada sekitaran gunung lakawan disekitaran wilayah Rura. Setelah itu turunlah semua ciptaan Puang Matua itu kebumi melalui tangga yang telah diciptakan Puang Matua tersebut.

Akan tetapi ada 3 hewan yang turun dari langit tidak melalui tangga dari langit tersebut karena takut, hewan-hewan tersebut adalah:

  1. Moyangnya kerbau yakni menturino, ia turun dihulu bumi
  2. Moyangnya babita’bano lentek, ia turun disebelah barat di belau
  3. Moyangnya ayam, yakni pong maro’ ia turun dari langit dengan cara terbang kemudian hinggap diatas sebuah perahu dan kemudian terbang ke hutan.

Dengan adanya tangga penghubung antara langit dan bumi hubungan antara langit dan bumi, manusia dan Puang Matua sungguh sangat baik dan erat. Bila ada sesuatu yang akan dilakukan oleh manusia dibumi selalu menyampaikannya ke Puang Matua, sering pula Puang Matua turun dari langit memberkati manusia serta seluruh ciptaannya. Puang Matua memegang tampuk kekuasaan dan kebenaran.

Ada 4 orang yang diberi amanat oleh Puang Matua untuk memelihara apa yang dipercayakan padanya:

  1. Puang Tulak Padang, memelihara bumi bagian bawah
  2. Puang Banggai Rante, memerintah diatas muka bumi
  3. Puang Gaun Tikembong berkuasa atas langit
  4. Malaika’ Saratu Sumbung Pio sebagai pendamping Puang Matua.


Bersambung

Manganda'/Mang Ondoan Tanduk (Tari Manganda')

Tarian Manganda' atau Mangondoan tanduk adalah salah satu jenis tarian hasil karya seni Nenek Moyang orang Toraja yang konon ceritanya berasal dari Toraja Utara khususnya bagian Rinding Allo dan sekitarnya.
Para pemeran dalam tarian ini adalah kaum pria dewasa sampai tua yang masih bisa melakukan gerakan tari. Para pria menggunakan tanduk kerbau di kepala dan dihiasi uang logam dan menggunakan semacam bel atau lonceng kecil yang berdering-dering sambil diiringi teriakan oleh para penari dan suka cita dan pujian syukur kepada Puang Matua (Tuhan) atas limpahan berkatnya.

Tarian manganda' adalah tarian yang dipertunjukkan dalam acara rambu tuka' atau acara kesukaan pada acara pemujaan sesuai dengan kepercayaan agama lokal (Aluk To dolo)


Kata Manganda’ berasal dari kata sehari-hari yang digunakan masyarakat Toraja yang berarti nondo-nondo atau kondo atau loncat-loncat yang dibarengi dengan rasa kegembiraan. Tarian Manganda’ hampir sama dengan tari Ma’randing (tari Toraja yang ditarikan pada upacara rambu solo).
Gerakan dalam tarian ini tidak memiliki hitungan yang baku, yang baku hanyalah urutan geraknya saja.

Tarian manganda' pertama kali di pertunjukkan pada acara ma' bua' (ritus upacara adat tertinggi pada Acara rambu tuka') yang dilaksanakan oleh keluarga Polo Padang.
Manganda' juga dilaksanakan pada acara mangrara banua atau peresmian rumah adat dalam hal ini tongkonan.

Tetapi tidak semua daerah lingkungan adat mengadakan pesta Ma’bua' (ritus upacara adat tertinggi masyarakat Toraja jaman dahulu), karena hanya orang keturunan bangsawan yang dapat melaksanakannya. Acara manganda' tidak bisa ditampilkan pada semua acara mangrara banua (syukuran/hajatan selesainya rumah), karena manganda' adalah acara khusus bagi tongkonan bangsawan atau kasta tinggi pada jaman dahulu.

Pemeran dalam tarian manganda' adalah juga orang-orang yang mempunyai garis keturunan bangsawan atau kasta tinggi, jadi tidak semua orang bisa memerankan tarian ini, terlihat dari kostum yang digunakan seperti Sepu' (tas khas Toraja pada jaman dahulu merupakan barang mahal bisa mencapai harga satu ekor kerbau),tanduk kerbau dan ornamen-ornamen yang dipakai dalam kostum tersebut.

Tanduk kerbau yang digunakan adalah tanduk kerbau yang digunakan pada acara Rapasan sundun (upacara kematian tingkat tinggi masyarakat Toraja)

  • Tanduk kerbau yang dipasang diatas kepala penari melambangkan:
    • Simbol kebesaran
    • Simbol keperkasaan
    • Simbol keberanian
    • Simbol kekayaan
    • Simbol kebanggan
  • Koin-koin yang dirangkai dengan tali panjang dan dihiaskan pada mahkota kepala kerbau melambangkan:
    • Simbol kekayaan
  • Kain yang digantung pada mahkota kepala kerbau melambangkan:
    • Simbol Kebesaran
    • Simbol kekayaan
    • Simbol kemakmuran
  • Lonceng kecil yang dibunyikan melambangkan:
    • Simbol Pujian syukur kepada Tuhan(Puang Matua)
    • Simbol kegembiraan/ajakan untuk bergembira ria

Dalam tarian manganda' pemerannya tidak dibatasi tetapi jumlahnya harus ganjil sesuai dengan adat rambu tuka'. Kostum yang digunakan dalam tarian Manganda’ yaitu memakai baju adat laki-laki Toraja, yaitu baju tallu buku dan memakai sarung pattannun yang dipakai seperti selempang yang berwarna putih.
Kemudian hiasan kepala yang memakai simbol tanduk kerbau yang terdapat berbagai ornamen di sekitarnya seperti koin kuno, kain Ma’wa, kain Sarita, dan memakai bulu ayam.
Aksesoris yang digunakan yaitu memakai kalung tora serta memakai Sepu’ yakni tas khas Toraja yang juga sebagai pelengkap tarian manganda.

Berikut ini adalah uraian kostum dan aksesoris manganda':

    1. Baju dan seppa tallu buku pa' tannun atau dikondisikan : merupakan pakaian khas laki-laki Toraja

    2. Sarung pattannun : Sarung yang digunakan sebagai pelengkap dari kostum tarian ini, sarung tersebut dipakai seperti selempang, sarung pattannun yang dipakai yaitu berwarna putih (bisa dikondisikan) yang menyimbolkan bangsawan

    3. Tanduk Kerbau : Tanduk yang digunakan sebagai hiasan kepala. Tanduk yang dipakai bukan sembarang tanduk, tanduk ini merupakan tanduk dalam upacara tertinggi rambu solo yaitu rapasan sundun. Tanduk ini dihiasi beberapa ornamen-ornamen kuno lainnya

    4. Kain Ma’wa dan kain Sarita : yaitu kain kuno artinya bahwa orang Toraja dulunya memakai kain Ma’wa merupakan kain langkah hanya orang-orang tertentu yang memilikinya

    5. Bulu ayam: Hiasan tandu kerbau juga terdapat bulu ayam yang letaknya diatas uang koin kuno, makna dari bulu ayam tersebut yaitu bahwa dalam upacara Ma’bua yang pertama dilakukan yaitu memotong ayam di atas tongkonan. Jadi bulu ayam itu menyimbolkan sebagai tanda bahwa dalam upacara selalu ada pemotongan ayam

    6. Kalung Tora’ : Aksesoris yang digunakan dalam tarian Manganda yaitu kalung tora atau taring babi kalau tidak ada yang terbuat dari kayu

    7. Uang Koin kuno : Makna dari uang koin kuno ini yaitu bahwa uang merupakan kebutuhan utama, dan jika ingin melaksanakan upacara yang paling utama dibutuhkan yaitu uang

    8. Sepu' : Sepu' adalah tas kecil yang terbuat dari kain khas Toraja dan manik-manik yang berukuran kecil biasanya digunakan sebagai tempat menyimpan sirih dan pinang, atau biasa disebut pangngan oleh masyarakat Toraja. Tas ini dulunya hanya dipakai oleh keturunan bangsawan saja

    9. Alak musik yang digunakan : giring-giring sejenis lonceng ukuran kecil sebagai bunyian pemujaan dan penghormatan


Demikianlah uraian singkat mengenai Tarian Manganda' peradaban mengagumkan Nenek Moyang masa lalu semoga dapat menjadi inspirasi dan pengetahuan adat dan budaya generasi muda Toraja secara turun-temurun.

Peralatan penting PLTS

Alam sudah dari dulu menyediakan berbagai macam hal untuk dimamfaatkan dalam kehidupan manusia.
Salah satu energi alam yang sangat bermamfaat bagi kehidupan manusia adalah energi matahari yangmana bisa digunakan secara langsung maupun tidak langsung.
Pemamfaatan energi matahari dalam kehidupan manusia adalah sebagai sumber vitamin D untuk kekuatan tulang dan kesehatan lainnya. Energi matahari juga dapat dikonversi menjadi energi bentuk lain yang sangat bermamfaat bagi kehidupan manusia, seperti:

  • Memanaskan air
  • Penerangan dimalam hari
  • Suber daya penggerak dinamo-dinamo/pompa-pompa air
  • dan lain-lain

Dengan memamfaatkan energi matahari maka energi fosil dapat tergantikan sedikit demi sedikit dan harapan kita dengan energi matahari ini bisa memenuhi kebutuhan kehidupan kita karena energi matahari adalah energi yang ramah lingkungan, dan terbaharukan.

Memang disadari bahwasannya pada saat sekarang ini pengadaan peralatan konversi energi matahari ini masih relatif mahal, tetapi dengan kemajuan teknologi maka diharapkan peralatan-peralatan untuk menkonversikan energi matahari dalam kehidupan kita dapat semakin murah dan terjangkau oleh masyarakat banyak, sehingga ketergantungan terhadap energi fossil dapat teratasi.

Berikut ini adalah beberapa peratan penting untuk pembangkit listrik tenaga surya (PLTS):

  • Panel surya
  • Solar charger controler
    • Solar Charger Controler (SCC) PWM
    • Solar Charger Controler (SCC) MPPT
  • inverter
    • Inverter non pure sine wave
    • Inverter pure sine wave
  • Aki atau baterai
  • Kw meter
  • dan lain-lain




Pada bagian lainnya kita akan membahas satu per satu mengenai fungsi dari peralatan-peralatan tersebut diatas

Pemali (Larangan) dalam Masyarakat Adat Suku Toraja

Dalam kehidupan bermasyarakat dimasing-masing wilayah atau suku bangsa memeiliki tata cara penerapan aturan atau undang-undang untuk ditaat dan dilaksanakan dengan berbagai pola
Di suku Toraja masa lampau undang-undang sudah ada meski tanpa notulensi atau hanya bahasa tutur/lisan saja
Salah satu yang akan dibahas disini adalah aturan yang berupa Larangan atau Pemali (istilah orang Toraja)

Pantangan atau larangan atau masyarakat Adat Toraja mengenalnya dengan istilah Pemali merupakan salah satu jenis larangan yang hanya dituturkan secara lisan atau langsung. Pemali atau Pamali atau larangan atau pantangan merupakan aturan yang tersirat yang disampaikan secara turun-temurun dalam lingkungan masyarakat adat.
Pada hakekatnya, pemali merupakan narasi untuk menakuti yang digunakan sebagai sarana untuk :

  1. Mendidik
  2. Menasehati
  3. Pemrintah dan larangan secara halus
  4. Ajakan untuk hidup baik
  5. Ajakan untuk menaati dan mengikuti aturan yang ada
Jadi pada hakekatnya Pemali adalah ajakan untuk hidup sesuai dengan norma-norma yang ada dan berfungsi sebagai kontrol sosial masyarakat sikap dan perilaku manusia pada suatu wilayah adat di Toraja

Solar Home System
Masyarakat Adat Toraja yang pada jaman dahulu menganut ajaran Aluk Todolo memiliki larangan-larangan yang berfungsi membatasi perilaku masyarakat adat yang disebut Pemali Sukaran Aluk agar kehidupan masyarakat dapat berlangsung secara baik dan sesuai dengan norma-norma yang ada sehingga kehidupan sosial masyarakat dapat berlangsung dengan tertib dan aman.

Pemali dalam masyarakat toraja dibagi dalam 4 kategori, yaitu:
  1. Pemalinna Ma' Lolo Tau
    Merupakan larangan yang menyangkut aturan hidup seorang manusia dengan hunbungannya dengan Puang Matua (Tuhan), Deata (dewa) dan To Membali Puang (arwah leluhur)

    Pemalinna Ma' Lolo Tau terbagi dalam 3 kategori besara, yaitu:
    1. Pemali urromok sapean tabang
      Pemali ini membatasi manusia dalam menghadapi upacaran selamatan. Sapean tabang artinya potongan daun lenjuang. Sapean tabang merupakan istilah masyarakat adat toraja untuk acara suka cita atau yang umum dikenal sebagai Rambu Tuka'. Daun lenjuang merupakan suatu simbol suka cita dan tanda kebijaksaan dalam masyarakat adat Toraja
    2. Pemali urromok panda di bolong
      Pemali ini berfungsi untuk membatasi manusia dalam penyelenggaraan acara kedukaan atau kematian atau istilah orang Toraja Rambu Solo'. Ditelisik dari makna leksikalnya , urromok bermakna meraba, panda bermakna batas, bolong bermakna hitam, sehingga istilah urromok panda di bolong berarti larangan untuk berbuar onar, mengganggu, merusak, atau mengacaukan acara ritus rambu solo' yang sedang berlangsung
    3. Pemali unnola tangsalunna
      Pemali ini membatasi memberikan batasan kepada manusia dalam kehidupan sehari-hari.
      Contoh dari pemali ini adalah:
      • Pemali urromok tananan pasa' (dilarang berbuat onar atau kekacauan dalam pasar
      • Pemali unsongkan dapo' (dilarang bercerai)
      • Pemali untu'tun punti adokan (dilarang membenarkan yang salah)
      • Pemali ma'kada tang tongan (dilarang berbicara/saksi dusta)
      • Dan lain-lain
  2. Pemalinna Aluk Patuoan
    Pemali ini merupakan aturan dalam pemeliharan hewan ternak.

    Contoh pemali ini adalah :
    • Pemali menyembeli kerbau bersama anaknya (pemali mantunu tedong siba anakna)
  3. Pemalinna Aluk Tananan
    Pemali ini merupakan aturan untuk prosesi baik dalam menanam maupun dalam pemeliharaannya.
    Contoh pemali ini adalah
    • Pemali mantanan bongi (dilarang menanam dimalam hari)
    • Pemali mangumbu' pare (dilarang mengambil bakal buah padi
    • Pemali sigising ke lampare (dilarang ribut kalau padi sedang tumbuh)
  4. Pemalinna Aluk Banua
    Pemali ini merupakan aturan untuk bangunan rumah dalam hal ini Tongkonan
    Contoh pemali ini adalah
    • Pemali palangngan tomate langngan banua tang lendu'pa alukna (larangan untuk menaikkan orang mati/mayat ke atas rumah tongkonan yang belus selesai ritual adatnya atau prosesi pentahbisannya


| Pelaksanaan Tindakan Pelanggaran Pemali |

Panel Surya Monocrystalline

300 wp
    Spesifikasi:
  • Peak Power (Pmax) : 300W
  • Max Power Voltage (Vmp) : 34.2V
  • Max Power Current (Imp) : 8.77A
  • Open-Circuit Voltage(Voc) : 41.04V
  • Short-Circuit Current (Isc) : 9.38A
  • Power Tolerance : +-3%
  • Max System Voltage : 1000V
  • Operating Temperature : -4'C to +85'C
  • Dimension(mm) : 1290 x 1134 x 35
  • Connector: MC4 Plug Type
320 wp
    Spesifikasi:
  • Peak Power (Pmax) : 320 WP
  • Max Power Voltage (Vmp) : 36.78V
  • Max Power Current (Imp) : 8.7A
  • Open-Circuit Voltage(Voc) : 45.53V
  • Short-Circuit Current (Isc) : 9.3A
  • Power Tolerance : +-3%
  • Max System Voltage : 1000V
  • Operating Temperature : -4'C to +85'C
  • Dimension(mm) : 1650 x 990 x 35
  • Connector: MC4 Plug Type
380 WP
    Spesifikasi :
  • Model SP380W-36V
  • Rated Maximum Power(Pm) : 380 WP
  • Tolerance : +/-3%
  • Voltage at Pmax(Vmp) : 40.15V
  • Current at Pmax(Imp) : 9.47A
  • Open-Circuit Voltage(Voc) : 49.4V
  • Short-Circuit Current(Isc) : 10.2A
  • Maximum Syste Voltage : 1000V DC
  • Operating Temperature : -40 to +85C
  • Series Fuse Rating(A) : 15
  • Cell Technology : Mono - Si
  • Dimension(mm) : 1979 x 992 x 35
  • Kabel Konektor dan MC4 (terpasang di belakang panel)


1 2 3 4 5 6 7

PaJeFi King L@nd Listrik +6281288977107

| Solar Home System | Panel Surya | Solar Charger Controler | Connector MC4 | Watt Meter | Battery | Cables | Inverter |

Panel Surya Monocrystalline

150 wp
    Spesifikasi:
  • Peak Power (Pmax) : 150WP
  • Cell Efficiency : 18%
  • Max Power Voltage (Vmp) : 17.8V
  • Max Power Current (Imp) : 8.43A
  • Open-Circuit Voltage(Voc) : 21.8V
  • Short-Circuit Current (Isc) : 9.08A
  • Power Tolerance : +-3%
  • Max System Voltage : 1000V
  • Operating Temperature : -4'C to +85'C
  • Series Fuse Rating(A) : 15
  • Number of bypass diode : 4
  • Solar Cells : 36 cell in series
  • Dimension(mm) : 1480 x 670 x35
  • Connector: MC4 Plug Type
200 wp
    Spesifikasi:
  • Peak Power (Pmax) : 200W
  • Max Power Voltage (Vp) : 36.2V
  • Max Power Current (Imp) : 6.22A
  • Open-Circuit Voltage(Voc) : 44.6V
  • Short-Circuit Current (Isc) : 6.67A
  • Max System Voltage : 1000V
  • Operating Temperature : -4'C to +85'C
  • Dimension(mm) : 1340 x 992 x 35
  • Connector: MC4 Plug Type
240 WP
    Spesifikasi:
  • Peak Power (Pmax) : 240W
  • Cell Efficiency : 21.5%
  • Max Power Voltage (Vmp) : 38.4V
  • Max Power Current (Imp) : 6.25A
  • Open-Circuit Voltage(Voc) : 49.5V
  • Short-Circuit Current (Isc) : 6.65A
  • Max System Voltage : 1000V
  • Operating Temperature : -4'C to +85'C
  • Dimension(mm) : 1320 x 992 x 35
  • Connector: MC4 Plug Type


1 2 3 4 5 6 7

PaJeFi King L@nd Listrik +6281288977107

| Solar Home System | Panel Surya | Solar Charger Controler | Connector MC4 | Watt Meter | Battery | Cables | Inverter |

Panel Surya Monocrystalline

50 WP
    Spesifikasi:
  • Merek Bio Solar
  • Model MS60M-36
  • Rated Maximum Power (Pmax) : 60 WP
  • Tolerance : 0~+5%
  • Voltage at Pmax (Vmp) : 18.2V
  • Current at Pmax (Imp) : 3.34 A
  • Open-circuit Voltage (Voc) : 21.51 V
  • Short-Circuit Current (Isc) : 3.59 A
  • Normal Operating Cell Temperature (NOCT) : 47-/+ 2'C
  • Maximum System Voltage : 1000 V DC
  • Operating Temperature : -40 to +85 C
  • Series Fuse Rating (A) : 10 A
  • Application Class : Class A
  • Fire Safety Class : Class C
  • Cell Technology : Mono-Si
  • Dimension (mm) : 540 x 680 x 30
  • Garansi : 5 tahun
100 WP
    Spesifikasi:
  • Rated Maximum Power (Pmax) : 120 WP
  • Tolerance : +3%
  • Voltage at Pmax (Vmp) : 19.2V
  • Current at Pmax (Imp) : 6.25 A
  • Open-circuit Voltage (Voc) : 24.8 V
  • Short-Circuit Current (Isc) : 6.65 A
  • Maximum System Voltage : 1000 V DC
  • Operating Temperature : -40 to +85 C
  • Series Fuse Rating (A) : 10 A
  • Application Class : Class A
  • Fire Safety Class : Class C
  • Cell Technology : Mono-Si
  • Dimension (mm) : 1000 x 670 x 30
  • Connector : MC4
  • Garansi : 5 tahun




1 2 3 4 5 6 7

PaJeFi King L@nd Listrik +6281288977107

| Solar Home System | Panel Surya | Solar Charger Controler | Connector MC4 | Watt Meter | Battery | Cables | Inverter |

Seraphina's Room


Anda butuh informasi mengenai:
  • Panel surya dan aksesorinya
  • Lampu penerangan jalan (PJU-TS) Tenaga Surya
  • Lampu Sorot Tenaga Surya
  • Lampu Taman Tenaga Surya
  • Lampu Emergency Tenaga Surya
  • Generator Mini Tenaga Surya


Silakan hubungi kami di +6281288977107