Selamat Datang ,@}:-',-- Terima Kasih Atas Kunjungan Anda

Passura Malolle'_1

  • Pa' Tanduk Re'pe/ra'pe
      Tanduk re'pe/ra'pe berarti tanduk yang menggelayut ke bawah seperti ranting pohon yang keberatan buah. Ukiran yang menyerupai tanduk kerbau ini melambangkan perjuangan hidup dan jerih payah

      Pa' Tanduk Re'pe menyerupai tanduk kerbau, sebagai kenangan kepada kerbau, dimana kerbau dipandang sebagai simbol status sosial dalam masyarakat Toraja.

      Ukiran ini diartikan sebagai tanda perjuangan hidup agar dapat menemukan ketenteraman dari hasil jerih payah, dan juga dapat menemukan harta yang berharga seperti nilai kerbau bagi masyarakat.

      Harapan dari ukiran ini adalah agar keturunan senantiasa bejuang dengan segala daya upaya (kuat seperti kerbau) untuk mencapai ketenteraman hidup dengan berjuang memperoleh harta yang yang baik dan benar
  • Pa' Papan Kandaure
      Kandaure adalah hiasan yang tersusun atas manik-manik yang banyak dan berwarna-warni biasa digunakan oleh baik laki-laki maupun perempuan dalam berbagai event. Kandaure adalah barang pusaka yang tidak dimiliki oleh setiap orang Toraja pada jaman dahulu, hanya kalangan tertentu yang memilikinya seperti golongan atau kasta tertinggi

      Kandaure ini konon ceritanya bila digunakan oleh orang yang tidak cocok atau bukan dari kalangan kasta tinggi akan terasa sangat berat dirasakan dan bahkan pingsan

      Ukiran Pa' Papan kandaure berbentuk segi empat besar seperti papan menandakan bahwa keluarga ini adalah rumpun keluarga besar dari golongan berada atau kasta yang tinggi.

      dari ukiran ini juga tersirat suatu harapan dan doa semoga menjadi rumpun keluarga besar yang bersatu seperti manik-manik kandaure yang jumlahnya banyak
  • Pa’ Poya Munda
      Poya dalam bahasa Indonesia jerat Mundan adalah burung belibis Ukiran ini melambangkan kecerdasan dan kemampuan untuk menangkap burung-burung atau binatang yang sangat liar (sangat susah untuk ditangkap). Harapan dari ukiran ini adalah semoga keturunan dari tongkonan senantiasa mempunyai kecerdasan dan kemampuan yang baik dalam mengais rejeki dan semoga senantiasa mendapat keberuntungan dalam hidup. Ukiran ini juga memberikan makna bahwa yang empunya tongkonan adalah orang yang pintar, cerdas dan telah sukses dalam usaha mencari rejeki Ukiran ini bisa digunakan di rumah tongkonan maupun di lumbung padi (alang).
  • Pa’ Bulintong Siteba’
      Bulintong dalam bahasa Indonesia adalah kecebong, sedangkan siteba' adalah jumlahnya yang banyak

      Ukiran ini mengumpamakan seperti kecebong yang banyak dalam kubangan kerbau yang berkembang cepat. Ukiran ini merupakan simbol harapan berkembangnya keturunan dan anak cucu diberi kesejahteraan oleh Pong Matua (Tuhan) dan deata (dewa).
  • Pa’ Sepu’ Torongkong
Ukiran ini menyerupai sulaman/anyaman pundi tempat sirih. To Rongkong digunakan adalah sebuah suku di Sulawesi Selatan yakni Rongkong yang masih serumpun dengan suku Toraja. Ukiran ini dimaknai sebagai semangat persatuan kedua suku


| Back | Next |

Ukiran Pa' Barrean

Ukiran Pa' Barrean adalah ukiran yang melambangkan kebahagian/kesenangan

  • Pa' Barra'-Barra'
  • Pa' Barra'-barra' tanda peringatan pada leluhur beras bahwa nenek moyang beras adalah seorang yang sakti mandraguna dan suci yang hanya akan masuk kedalam rumah yag diselimuti kedamaian. Demikian pula beras atau reseki akan didapatkan oleh keluarga bila rukun dan damai dan selalu bersikap jujur dan adil.

    Ukiran ini sebagai tanda peringatan untuk hidup damai, jujur dan adil dan senantiasa bersikap baik dan jangan membuang-buang makanan (beras/nasi) agar rezeki datang berlimpah

  • Pa' Kollong Bu'ku'
  • Kollong bu'ku' dalam bahasa Indonesia adalah “leher burung tekukur”. Ukiran ini bentuknya menyerupai leher tekukur yang rapi dan melambangkan kejujuran.

    Pesan dari ukiran ini adalah bahwa kita harus hidup jujur untuk menjaga derajat dan martabat kita, dalam istilah orang Toraja "Buangan kadanta na tandaiki' tau" artinya dari cara kita berbicara orang akan tahu siapa kita/menunjukkan derajat dalam masyarakat

  • Pa' Komba Kalua'
  • Komba kalua' (gelang lebar tanda kebesaran). Ukiran ini menyerupai hiasan pada gelang emas dan manik-manik yang dipakai saat upacara adat.

    Ukiran ini bermakna sebagai lambang kewibawaan dan kebesaran kaum bangsawan Toraja

    Ukiran komba kalua' memberikan informasi bahwa pemilik tongkonan mempunyai status sosial/kasta yang tinggi dalam masyarakat.

    Harapan dari ukiran ini adalah bahwa semoga keturunan dari tongkonan ini senantiasa menjaga sikap sebagaimana orang yang terpandang dalam masyarakat.

  • Pa' Ara' Dena'
  • Ukiran ini menyerupai bulu dada pada burung pipit. Dalam mitos orang Toraja, burung Pipit dianggap sebagai hewan yang tidak jujur dan sebagai hewan perusak tanaman padi.

    Makna ukiran ini yaitu supaya manusia menempuh kehidupan dengan sikap dan pendirian yang jujur. Jangan meniru sifat burung pipit yang tidak jujur, suka mengambil hak orang lain, agar kehidupanmu baik dan tidak kena kutukan.

| Next |

Tongkonan Bontong Sangbua



Sesudah di renovasi dan proses finishing
Proses Renovasi
Sebelum Renovasi Lumbung Tua

Tongkonan Lumika / Kondolele (Ne' Sule Bori')

Tongkonan Lumika' didirikan sekitar tahun 1607 Masehi oleh Ne' Kondolele x Ne' Lai' Ta'bi Bulayan.

Ne' Kondolele dengan Ne' Lai' Ta'bi Bulayan memperanakkan 4 (empat) orang anak, yaitu:
  1. Ne' Lai' Tallo'
  2. Ne' Potta
  3. Ne' To' Barrang
  4. Ne' Bunga
Tongkonan ini berada sekitar 100 meter dari rante kalimbuang ke utara barat daya. Rante kalimbuang adalah rante dari tongkonan ini

Silsilah Tongkonan Lumika / Kondolele (Ne' Sule Bori')

Ne' Kondolele x Ne' Ta'bi Bulayan
  • Ne' Lai' Tallo'
  • Ne' Potta
  • Ne' To' Barrang
  • Ne' Bunga'
Ne' Lai' Tallo' x Ne' Lintin (T. Ponto Barani)
  • Ne' Parubak
  • Ne' Randan Tasik
  • Ne' Titing Sugi (➢ Malakiri)
  • Ne' Parung
  • Ne' Sea
  • Ne' Lai' La'bi'
  • Ne' Sikombong
  • Ne' To' Sumule (Anak Angkat)
Ne' Li'pang x Ne' Sea
  • Ne' Tangke Langi
  • Ne' Tangke Arung
  • Ne' Tangke Datu (Tongkonan Ponto Barani/papa Kayu)
Ne' Tangke Datu x Ne' Lai' Pakila'
  • Ne' Pasurruk
  • Ne' Tanga'
  • Ne' Pali'
Ne' Lai' Ribo' x Ne' Tanga'
  • Ne' Luda' (Ne' Indo Agus ➢ Lado')
  • Ne' Melambi'/Silambi' ri Bita' Urrambu Tongkonan
  • Ne' Pore' (Ne' Pong Minggu Lintin ➢ Tanete)
  • Ne' Tanda' (Ne' Indo Tangke ➢ Bai')
  • Ne' Lai' Tutu (Ne' Papa Yusuf ➢ Lombongan)
  • Ne' Lai' Tallo' (Ne' Ne' Merson ri Bita')
  • Ne' Lai' Lepo'
Ne' To' Reko x Ne' Lai' Bunga
  • Ne' Matutu
  • Ne' Lai' Rura
Ne' Melambi'/Ne'Silambi' x Ne' Lai' Rura
  • Ne' Pakku' (Ne' Rini di Bori')
  • Ne' Ka'ka' (Ne' Ro'son/Merson di Bita')
  • Ne' Lai' Lobo' di Bita' (urrambu Tongkonan)
  • Ne' Li'Pang (Ne' Erni di Tammuan Allo)
  • Ne' Lai' Duma' (Ne' Anto' di Sulilin)
  • Ne' Lai' Bae (Indo Passarakna Martha Rura)
Ne' Lai' Lobo' x Ne' Medde'
  • Ne' Lai' Bunga Tangdialla'
Ne' Lai' Lobo' x Ne' Bare' Ne' Lai' Lobo' x Ne' Sampe Ruru
  • Lai' Lapu'/Indo' Sattu
  • Lai' Tarri'/Indo Linda
  • Lai' Bira'/Indo Hera
Ne' Lai' Bunga Tangdialla' x Ne' Pasa'
  • Lai' Martha Rura
Ne' Lai' Bunga Tangdialla' x Ne' Tappi'
  • Ester Indan Silambi'
Lai' Martha Rura x Antonius Manu'
  • Yulianus (Linus)
  • Melky Rimbo
  • Nikodemus
  • Imanuel Risa
Ester Indan Silambi x Yohanis Payung
  • Resky Ramba Tangdialla'
  • Rieky Tangdialla'
  • Reni Tangdialla
Yulianus x Marsia Mangago
  • Paul Mardeliansa
  • Jean Devian Alharon Linus
  • Feivel Mangago Silambi"
  • Seraphina Datu Rara' Mangago
Melky Rimbo x Erna Renden
  • Livikyen Adelio Aloysius
  • Excelkyen Petra Adelar
  • Rainkyen Matthew Parumpa
Nikodemus x Merry Rante Layuk
  • Benidictus Layuk Parumpa
  • Bernard Parumpa
Imanuel Risa x Alberthin Seri Natalia
  • Kresensia Bellvania Risa
  • Fiona
  • Fiola

Passura Malolle'/Ukiran Kembangan

Passura' Malolle' atau Ukiran Kembangan adalah ukiran yang banyak digunakan pada bangunan Tongkonan Batu A'riri atau tidak memegang peranan penting dalam lingkungan masyarakat
Ukiran ini digunakan sebagai simbol sikap dan tingkah-laku sosial atau pergaulan dengan dibatasi oleh pranata etika dan moral. Adakalanya ukiran ini ada pertalian arti dan maknanya dengan ukiran Passura’ Tadolo
  • Pa’ Sala'bi'
    • Jenis ukiran ini terdiri atas 3 jenis yaitu :
      • Pa' Sala'bi' Biasa
      • Ukiran ini berbentuk pagar rumah yang terbuat dari bambu dan bermakna sebagai perlambang sikap kehati-hatian dari segala kemungkinan ancaman dari luar

      • Pa' Sala'bi' Dito'mokki
      • Ukiran ini memiliki bentuk yang sama dengan Pa' sala'bi' biasa, hanya saja pagar bambu dibuat lebih besar. Ukiran ini dimaknai sebagai harapan agar anak cucu terhindar dari segala wabah penyakit dan marabahaya lainnya

      • Pa' Sala'bi' Dibungai

      • Bentuk ukiran ini berupa sebilah bambu yang dibuat bersilang-silang dan ujungnya runcing seperti tombak. Ukiran ini bermakna sebagai penangkal bahaya

  • Pa’ Tukku Parre

    • Pa’ tukku Pare adalah ukiran yang menyerupai padi yang merunduk. Pilosofi ilmu padi semakin berisi semakin merunduk
      Maknanya, pemilik tongkonan memiliki sikap rendah hati dalam kehidupan bermasyarakat meskipun memiliki pangleon (sawah yang luas)

      Pesan dari ukiran ini adalah semoga kita semua senantiasa memiliki sikap yang baik, sopan, dan selalu rendah hati, karena dari sikap dan perilaku kita orang menilai keberadaan kita

      Harapan dari ukiran ini adalah pemilik tongkonan mengharapkan semoga para keturunan dari tongkonan senantiasa memelihara sikap sopan santun dan rendah hati dalam berbagai keadaan. Berlakulah seperti padi semakin berisi semakin merunduk

  • Pa’ Bunga Kaliki

    • Pa 'bunga kaliki (bunga pepaya) memberikan pesan bahwa jangan mudah membuang atau tersinggung ataupun marah dengan nasehat yang pahit atau menyakitkan karena nasehat demikian dapat membawa kebaikan dalam hidup.


    |Next|

    Batingna Lebonna (Tangisan Duka Lebonna)

    Cinta Sejati Lebonna dengan Massudi Lalong
    Alkisah disebuah desa di Toraja yang bernama desa Bau hiduplah seorang wanita cantik nan rupawan bernama Lebonna. Kulitnya putih,rambut panjang yang terurai dan hidung mancung membuat wanita ini tak tertandingi kecantikanya didesanya bahkan diseluruh penjuru Toraja pada waktu itu. Banyak pria yang ingin mempersuntingnya tapi dia selalu menolak. Akhirnya ia bertemu dengan seorang pria tampan dan pemberani, seorang ksatria bernama Paerengan Massudi Lalong. Perkenalan mereka lama kelamaan menjadi lebih erat dan semakin mesra hingga keduanya saling berjanji akan sehidup semati dan bila mati kelak dikuburkan bersama-sama.

    Hubungan mereka sontak para pria dikampung mereka iri kepada Paerengan, begitupun dengan Lebonna banyak wanita-wanita yang iri kepadanya karena telah berhasil merebut hati Paerengan. Hari demi hari berlalu kedua sejoli ini yang sedang dimabuk asmara ini merencanakan hubungan yang lebih serius. Paerengan berencana ingin melamar Lebonna. Akan tetapi sebuah kabar buruk datang, desa tetangga berencana akan menyerang desa mereka. Paerengan yang memang terkenal sakti disuruh oleh kepala adat untuk memimpin pasukan didesanya menghalau serangan dari kampung tetangga. Karena diberi tugas oleh kepala adat maka rencana untuk mempersunting Lebonna pun dibatalkan. Sebelum berangkat ke medan perang Paerengan berjanji pada Lebonna jika ia pulang nanti akan langsung melamarnya. Lebonna pun menuruti perkataanya. Keesokan harinya Paerengan dan pasukan pun berangkat ke perbatasan untuk menghadapi pasukan dari tetangga. Sementara Lebonna tinggal dirumahnya menenun kain sembari menunggu kekasihnya pulang dari medan perang.

    Ketika pertempuran sedang berlangsung ada seorang pasukan Paerengan yang diam-diam lari dari medan perang (orang seperti inilah yang biasa dipanggil dengan istilah "sampe deken"). Ia menuju ke rumah Lebonna dan mengatakan bahwa Massudi Lalong telah gugur dimedan perang. Ia sengaja membuat kabar bohong karena ingin merebut Lebonna dari Paerengan.

    Mendengar kabar itu Lebonna langsung kaget dan tidak sanggup menahan kesedihanya. Ia bahkan tidak percaya karena Paerengan telah berjanji padanya akan sehidup semati denganya tetapi pasukan itu selalu berusaha menyakinkan Lebonna dengan berpura-pura sedih bahwa yang dikatakanya itu benar. Setelah mendengar kabar tersebut hari-hari Lebonna dihabiskan hanya dengan bersedih meratapi kepergian kekasihnya. Ia mengurung dirinya didalam rumah dan tak makan hingga berhari-hari. Sementara itu usaha prajurit itu untuk merebut hati Lebonna tidak membuahkan hasilnya. Setiap hari prajurit itu datang untuk memikat hati Lebonna tapi selalu ditolak olehnya bahkan Lebonna tak bergeming sedikitpun untuk mengkhianati janjinya yang pernah ia ikat bersama Paerengan. Karena saking cintanya kepada Paerengan akhirnya Lebonna memutuskan untuk menepati janjinya sehidup-semati bersama Paerengan kekasihnya dengan cara tragis yaitu bunuh diri.

    Ia pun mengambil seuntai tali lalu menggantung lehernya dibelakang rumahnya sendiri demi menepati janji sehidup sematinya. Ketika seorang warga milihat Lebonna tergantung diatas pohon ia lalu berteriak memanggil keluarganya. Keluarga lalu bergegas bermaksud untuk menyelamatkan nyawanya tapi sudah terlambat. Nyawa Lebonna sudah tak tertolong lagi. Keluarganya sangat bersedih dengan apa yang dialami Lebonna. Ia tak menyangka Lebonna akan melakukan hal yang seperti itu demi seorang Paerengan.

    Beberapa hari setelah kematiannya sebelum dikubur jasad Lebonna diupacarakan terlebih dahulu sesuai adat masyarakat Toraja. Ketika selesai keluarga dan kerabat membawanya ke tempat penguburan. Ia dikuburkan di Liang Batu (Batu besar yang dilubang dengan dipahat untuk memasukkan jenasah) keluarganya. Tapi ada hal aneh ketika jenasah Lebonna dimasukkan kedalam Liang batu dimana pintu liang itu sudah ditutup rapat tapi rambut Lebonna masih terurai keluar melewati sisi pintu liang. Masyarakat yang datang mengatar jenasah Lebonna pun berpendapat bahwa ia belum rela masuk ke liang tersebut karena ada hal atau janji yang ia belum dapatkan atau buktikan sewaktu masih hidup.

    Sementara dimedan perang Paerengan dan pasukanya berhasil memenangkan perang. Ia sangat bersuka cita karena mampu mejalankan tugasnya dengan baik dan tidak sabar ingin pulang menemui kekasihnya Lebonna. Paerengan dan pasukanya akhirnya pulang ke desa mereka. Ketika sampai mereka disambut dengan penuh suka cita dan pujian khusunya Paerengan karena telah berhasil memimpin pasukan didesanya mengalahkan pasukan desa tetangga. Paerengan yang tak sabar ingin bertemu dengan Lebonna dan langsung bergegas ke rumah Lebonna, tapi alangkah kaget ia ketika sampai dirumah Lebonna, ia melihat dipekarangan rumah Lebonna masih ada pernak-pernik yang dipakai dalam upacara Rambu solo' (upacara kematian) terpasang dan baru sedikit yang dicabut. Ia lalu naik kerumah dan bertanya apa yang sedang terjadi. Dengan tenang keluarga Lebonna menceritakan semua kejadian kematian Lebonna kepadanya. Bagaikan disambar petir disiang bolong Paerengan sangat kaget dan hampir tak percaya semuanya. Ia kemudian berlari ke rumahnya dan mengurung diri. Sama dengan kekasihnya Lebonna sewaktu mendengar kabar kematiannya hari-hari Paerengan cuma dihabiskan hanya untuk bersedih dan mengurung diri dirumahnya. Ia tidak makan berhari-hari dan tidak mau menjumpai seorang pun yang datang untuk menghiburnya.

    Sementara itu ada seorang yang kebetulan juga sahabat dekat dengan Perengan bernama Dodeng. Ia mempunyai pohon induk (enau) yang berdekatan dengan kuburan Lebonna.

    Kebetulan waktu itu orang yang biasa disuruhnya untuk mengambil tuak (sari pohon enau yang dijadikan masyarakat Toraja sebagai minuman) sedang pergi keluar kampung maka ia sendiri yang pergi mengambil tuak tersebut ke pohonya pada sore hari. Sesampainya disana ia lalu memanjat pohon tersebut dan mengambil tuak yang sudah ditadah disebuah timbo' (tempat menadah sari pohon enau yang berbentuk bulat panjang terbuat dari patongan tiap ruas bambu) lalu menggantinya dengan timbo' yang lain yang masih kosong.

    Dipohon enau itu terdapat 2 tangkai buah enau dimana yang satunya sudah dipotong untuk mengeluarkan sarinya dan yang satu masih diproses dengan cara "dipukul-pukul bagian batang tempat keluarnya buah dengan menggunakan kayu balok yang dibuat bundar" dalam bahasa toraja disebut perambi . Ketika Dodeng sedang memukul-mukul tangkai buah enau itu tiba-tiba ia mendengar suara rintihan seorang wanita yang tak jauh dari tempatnya, suara itu seperti ia kenal sebelumnya. Ia tidak tahu bahwa suara itu adalah suara arwah Lebonna kekasih sahabatnya Paerengan. Rintihan kesedihan Lebonna (Dalam seni sastra Toraja Rintihan kesedihan disebut 'londe'):

      Dodeng mangrambi ma'dedek
      Dodeng ma'pa'tuang tuak
      Rampanan pi pededekmu
      Anna pi te kamaliku
      Ammu perangina mati'
      Ammu tandi talinga'na
      Parampoanna kadangku
      Pepasan mase-maseku
      Lako to' Masudilalong
      Muane sangkalama'ku
      Muku duka
      Lasang mateki eh so' e
      Paerengan..oh rendengku
      Angku dolo angku mate
      Tae sia lamate na la sisarak sungana
      Kandean bo'bo'na Lebong
      Rimbakan pote bolongna
      Ulli-ulli sola duka borro sito'doan duka
      Kariuanmo lalanna, tarukanmo pessuleanna
      Oh rendengku
      Dodeng yang ingin mengambil Tuak
      hentikanlah aktivitas Anda sejenak
      Silakan Anda mendengarkan aku di sini
      Dan sampaikanlah pesanku..
      Pesan kerinduanku..
      kepada Massudilalong kekasih hatiku
      Kau pernah berjanji untuk selau bersama-sama
      dalam kehidupan dan kematian..
      Paerengan, oh saya mencintaimu
      Jika aku mati sebelum Anda,
      Ternyata anda tdak meninggal pada saat yang sama,
      mengapa Anda masih hidup?
      Tapi, itu semua hanya kebohongan,
      perjalanan hubungan kami sangat panjang
      Ini jauh mengambil langkah …

    Pesan ini telah dibuat menjadi sebuah yang dinyanyikan oleh "Metty Baan" dan diisi Kada Tomina (Gubahan) oleh "Johan Sampetoding" sebagai ilustrasi kata hati Paerengan Massudilalong Jika diartikan secara singkat maksud pesan Lebonna kepada Paerengan adalah dia bersedih karena ia telah mati demi menepati janjinya meskipun dia dibohongi karena Paerengan masih hidup. Ia kecewa kepada Paerengan yang tak bisa menepati janjinya karena sampai saat ini Paerengan masih hidup. Dodeng yang mendengar rintihan permohonan itu akhirnya tahu bahwa suara yang ia dengar itu ialah suara Lebonna. Ia kemudian bergegas turun dari pohon sambil gemetar ia berlari ke rumah. Tuak/arak yang ia ambil terpaksa ia tinggalkan karena saking takutnya. Sesampainya dirumah ia tidak pergi ke Paerengan untuk menyampaikan pesan itu kepadanya karena masih tidak percaya apa yang didengarnya tadi. Ia kira itu hanya khayalan saja. Ia pun jatuh sakit akibat kaget mendengar suara itu.

    Keesokkan harinya ia kembali lagi ke pohon enaunya untuk mengambil tuak yang baru dan yang ia tinggalkan kemarin. Tapi sampai disana ia kembali mendengar suara itu dan tanpa pikir panjang ia langsung lari. Tapi karena saking paniknya ia berlari ke rumah Paerengan sambil berteriak. Mendengar suara orang berteriak Paerengan langsung turun dari rumah lalu melihat Dodeng yang berlari ketakutan. Melihat sikap Dodeng yang aneh Paerengan lalu menemuinya dan menanyakan apa yang terjadi padanya. Karena sudah tak tahan akhirnya Dodeng menceritakan semua yang dialaminya kepada Paerengan. Mendengar cerita dari Dodeng Paerengan tak yakin dengan apa yang dikatakan Dodeng. Ia ingin membuktikanya sendiri. Keesokan harinya ia lalu pergi menemui Dodeng untuk pergi bersama ke tempat pohon enaunya. Mereka berangkat bersama ke tempat pohon enau pada petang hari. Paerengan lalu menyuruh Dodeng untuk naik kembali ke pohon enaunya sementara ia bersembunyi. Tak lama kemudian suara Lebonna pun kembali terdengar. Paerengan yang bersembunyi tak jauh dari tempat Dodeng mendengarnya dengan jelas. Ia lalu bergegas lari pulang ke rumahnya. Sesampainya dirumah ia lalu menutup pintu dan menangis penuh penyesalan karena telah lalai dari janjinya yang telah disepakati bersama Lebonna kekasih yang sangat dicintainya itu. Ia pun merencanakan sesuatu demi memenuhi janjinya kepada Lebonna.

    Di pagi hari ia memanggil semua pasukan dan keluarganya untuk berkumpul besok dilapangan terbuka sambil membawa tombak dengan alasan ia akan mengadakan upacara merok (Upacara rambu tuka') yaitu upacara mentahbiskan rumah adat Toraja Tongkonan dengan menombak kerbau tapi Paerengan menginginka kerbau ditombak dilapangan terbuka . Keesokan harinya satu persatu pasukanya mulai datang ke lapangan. Begitu juga dengan keluarganya yang datang sambil membawa kerbau. Ketika semua pasukan telah datang ia lalu menyuruh pasukanya untuk menghadapkan mata tombaknya keatas. Pasukan lalu menurutinya karena dikiranya mereka akan menombak kerbau.

    Kemudian Paerengan naik ke pendopo yang kebetulan ada dilapangan. Semua orang yang ada disitu mengira Paerengan akan menyampaikan kata-kata sebelum kerbaunya ditombak tapi ternyata ia melompat kebawah ke arah pasukanya dimana ratusan mata tombak pasukanya sudah mengarah ke atas. Tubuh paerengan lalu mendarat tepat diatas mata tombak-tombak pasukanya dan seketika itu juga ia pun langsung tewas. Paerengan tewas secara mengenaskan dan telah memenuhi janjinya kepada Lebonna untuk sehidup semati selamanya. Semua orang yang hadir disitu kaget dan tak percaya Paerengan akan melakukan itu. Keluaraga Paerengan lalu histeris melihat kematian tragis Paerengan. Mereka lalu meminta pasukannya untuk membawanya pulang ke rumah.

    Sebelum dikubur jasad Paerengan di upacara adatkan terlebih dahulu. Setelah beberapa hari diadakan upacara adat Jasad Paerengan lalu dibawa ke liang batu untuk dikuburkan. Tapi tempat jasad Paerengan dikuburkan bukan di liang batu tempat Lebonna. Sesudah dikuburka arwah Paerengan selalu menampakan diri dirumahnya hingga membuat keluraganya mulai ketakutan karena tidak tahu apa yang ia minta sehingga setiap malam menampakkan dirinya. Selama 3 hari arwah Paerengan selalu menampakan diri dirumahnya. Mendengar kabar itu Dodeng sahabat Paerengan kemudian datang kerumah keluarga Paerengan dan menceritakan semua kejadian yang pernah ia alami yaitu saat mendengar suara rintihan Lebonna, ia lalu berpendapat apa yang arwah Paerengan lakukan sama halnya dengan yang dilakukan Lebonna kepadanya.

    Mendengar pengakuan Dodeng keesokan harinya keluarga Paerengan pergi ke liang batu Paerengan, mereka mengambil jasadnya lalu memindahkanya ke liang batu Lebonna. Setelah memindahkan jasad Paerengan tidak ada lagi penampakan arwah Paerengan begitupun dengan Suara rintihan Lebonna karena mereka telah bersatu kembali sesuai dengan janji yang mereka katakan sewaktu masih hidup.

    Demikianlah cerita cinta Paerengan Massudi Lalong bersama Lebonna, sungguh menyedihkan tetapi banyaka pelajaran yang bisa dipetik dari dalamnya antara lain:

    • Kesetiaan (anna ko kada balok malepong tang ti'pek andi anna ranggang inawanmu)
    • Jangan terlalu cepat percaya omongan orang lain (buda bu'ku lako lalan bu'ku kaundu-undu umbai buda mo tau napaka undu salah)
    • Menjalani hidup perlu hati-hati (pela'-pela' ko e siulu' ke lumingka lalan ko karitutui ko lalan malolo mu ratuai daenan)
    • Pengkhianatan (andi na matinno matammu untiro utan malunanna sangbanuanmu andina limbong elo'mu umbau pantollo la'pek banuanmu)
    • Jiwa kesatriaan (pissan riki dadi pissan riku mate, patorro ko sanga madatu pa'genteran maindan)
    • Kejujuran (Buangna kada ri ta ditandai pessiparan anta di angga', tengka ta na issan sangkaponan ao')
    • dll

    Massomba Tedong

    Massoba Tedong pada acara Merauk Padang

    Berikut ini adalah Hymne pada acara Massomba Tedong:
    • Tonna rampan di lino lau’ ingko’na padang aluk sanda pitunna tonna lilla’ padang-padang lau' padang di rura pemali sanda iya’na
      Anna direnden tedong lau’mai rura aluk sanda pitunna dibatangan karambau lau’mai ingko’na padang pemali sanda iya’na

    • Tuo balok mi lan padang di Toraya tumimbu’ kumuku’mi lan padang disali allo, direnden tedong mi tama padang di Deri aluk sanda pitunna dibatangan karambaumi tama tongkonan Pemanukan pemali sanda iya’na

    • Tuo balok mi lan padang di Deri aluk mellao langi tumimbu kumuku’mi lan to bamba maruang pemali sanda iya’na
      langngan mi dilau anna lan padang di Deri aluk sanda pitunna rekkemi ditanga pelalan pemali sanda iya’na lan to bamba maruang

    • To’long bunga’mi undara-dara lan merantena lino, ombo’mi asi-asianmi pudu’ marua lallangna, lan pangala kamban
      To’long bunga’mi sambao’ bangi’ ma’lalan kalambunan kulla’, ombo’ asi-asianmi sambao’ karurung ilan matampu’na padang
      To’long bunga’mi pundu to seko lan merrantena lino ombo’ asi-asianmi sokko mempala’ lan kapadanganna

    • Langnganmi to sumio aluk burake tua tungka sanganna to untakin bembe dandanan sangka’
      Langnganmi nalau’ tanda to sumio’ aluk, rekkemi nakanna pelalan to sisaladan bulo ala’ pananda bisara
      Nature ta’bami to sumio’ aluk bati’na pundu to seko nakua makamban moko sitambenan bara’ bati’na sambao’ karurung malinta’ moko sikala’ kaso banua tallangna undara’- dara’

    • Makamban moko sitambenan bara’ manimpa’ moko sikala’ kaso banua bati’na bulu malea
    • Apa nakua to sumio’ aluk bati’na pundu to seko iyamo iya la muala alan ketirambanni sumalunna Lombok keli’pangngi jiong tiampan tikalebona, ketirambanni tongkonanna pare melloi langi’ keli’pangngi isungan kapayunganna pare pantan pare umba’na bulinna
      Bati’na pundu to seko la muala lalan, ke sumuru’i kanan kairinna sumalunna Lombok kemisara’ka’i la’pek patomalinna jiong tiampan tikalebona, anna pokendekki lompona padang, napolangnganni lu’pa tikalebona jiong sumalunna Lombok

    • Bati’na pundu to seko, la misorong langngan Puang Matua do mai tangngana langi, Puang Metampa komombong torro tolino
      Misorongi langngan Puang to’ bona to’ kumpang jo to’ tandung siliuan, ketirambanni pare tabang di langi’ jiong sumalunna Lombok keli’pangngi pare pantan pare umana’na bulinna jiong tiampan tikalebona
      Bati’na pundu to seko la mupatama rante masangka’ la mu pa’lalan tandung sea-sea
      Diganti iya toma’ bulu datu bati’na pundu to seko digente’ ia tedong mabase bulawan digente iya tedong masero pindan
      La na temme’ saripi ayakna Puang Matua do tangngana langi’, la matayang renden bulawanna Puang Metampa do lisunna batara, anna Puang Pegaraga jiong mangapi’na tana

    • La tibukai ulangmo pangkapu’ Puang tikokka’ kaludende’ mi sangka’ passilambanan
      Tibukai ulangmo pa' kapu’ Puang Matua do tangnganna langi’ Puang Tumampa tau ungkombong torro tolino anna Puang Pegaraga jiong mangapi’na tana
      Larekkemo di bille tokayangan aluk sanda pitunna di pasibimbin kuli’ kayu jiong tiampan tikalebona, anna dipatu’tunmo undara-dara’ bati’na pundu to seko da jiaka tedong ma’bulu datu kombongiaka tedong masero pindan diganti mabase bulawan
      Dipasipori tekken pemali alukna sumalunna Lombok dipasibimbin kuli’ kayu pare tobang dilangi’, ketirambanni sumalunna Lombok keli’pangngi jiong tiampan tiklebona

    • Puang Matua do tangngana langi’ la mu tuemo ulang rara’na bati’na pundu to seko la mu palanmo lisu pala’mu renden bulawanna toma’ bulu datu
      Diganti iya to masero pindan ditende iya to mabase bulawan
      Anna pokendekki lompona sumalunna Lombok, napolangnganni lu’pa tikalebona
      Anna pokendekki pare mellao langi’ jiong sumalunna Lombok na polangnganni pare pantan pare umba’ bulinna pare pantan garaganna jiong tiampan tikalebona

    • Melomo tutu’ batangmu bati’na pundu to seko, di patu’tun lan rante masangka’ dipennoloan lan tandung sea-sea
      Dipasiayoka tedong sendana bonga lan tandung sea-sea di pasitindo to ma'mawa lamba’ lan rante masangka’
      Dipasiayoka tedong sarita to lamban di pasitindo to ma’mawa’ seleng sirenden
      Dipasiayoka tedong manuk ma’ tillok mundan, dipasitindo to ma’mamawa tanda masiang
      Dipastingayo tedong bai ma’kale tedong, dipasitindo to ma’mamawa bonde mangamba masapi
      Dipasiayoka tedong tallang tang dipedaunni, dipasitindo to ma’ mawa’ tallang sura’
      Dipasitingayo tedong kalosi ma’tangke masura, dipasitindo to ma’ mawa’ baulu madaun langi'
      Dipasitingayo tedong sulle gayangna eran dilangi, dipasitindo to ma’mawa’ solon tarapangna enda’ To Palullungan
      Melomo tutu bantangmu bati’na pundu to moko la disorong langan Puang Matua do tangngana langi’ la dipirikan rokko suling karra’na Puang Parande Padudung jiong mangapi’na tana anna lan merrantena lino

    • Nasusukki mani’i bulu-bulummu to sirio sukaran aluk lan padang di Deri, nabirrian mani’i lite lomba’mu to sisaladan bulo ala pananda bisara lan tongkonan Pemanukan
      Na birri’ mani’ lite lomba’mu toma’ karerean aluk na susukki mani’i buku rapomu to sirio sukaran aluk
      Ke’de’ di nene' mumi bati’na sambao’ langi’ dipengo'ngoran langan puang matua do tangngana langi’ tempon todolomu dipekaduan rokko Puang Parande Padudung jiong mangapi’na tana anna lan merrantena lino

    • Kusanga masinangla’mo tutu batangmu disorong langan Puang Matua do tangnganna langi’ masindungmo lan pa’inawanmu dipirrikan rokko biring karra’na Puang Parande Padudung jiong mangapi’na tana
      Dipasirondong moko sendana bonga, dispasiayoka tedong moko lamba’ layuk
      Diapsiayoka tedong moko bai ma’kale londong dipasitindon to ma’ mawa’ moko bonde mangamba masapi
      Dipasiayoka moko manuk ma’robe sarira dipasitindo’ to ma’mawa moko tanda masiang ke tirambanni sumalunna Lombok kali’pangngi jiong tiampan tikalebona

    Next | 1 | 2 | 3 | 4 |

    Masomba Tedong_4

    • Nagaraganni tengko situru’ to sirio sukaran aluk lan padang di sillanan na kombongami sitindo’ to ma’mawa' to sisaladan bulo ala’ pananda bisara lan tongkonan Pemanukan, ta langnganpa ussurai kanan kairinna sumalunna Lombok tarekkepa ussara’ka jiong tiampan tikalebona, ta sorong rokko Puang Parande Padudung tedong ma’bulu datu ta pirikanni rokko suling kalaga bati’na pundu to sekko
      Na pokendekki lompona padang napolangnganni lu’pa tikalebona

    • Lendu’ tama talinga duanmi tiranduk tama suling patomalinmi Puang Parande Padudung jiong mangapi’na tana, Puang la dilauranni rokko Puang la dipaparanni Puang sangpapa’na jiong Puang duang papa’na jiong tallu a’pa’ lima anna mangka sitodoran, na karuapa tang kulambi' annanpa tang kuratui
      Jiong Puang Matua, jiong Puang Makole-kole, Jiong Puang Tumampa tau kombong torro to lino danka apa tang na tampa aparaka tang nagaraga, umpasande rangka' umpapantan taruno ungkombong sanda mairi'
      Garagako sang ke'deran kombongko sangtiangkaran, Puang umpati' pemali jiong Puang to pasali ala',garagako sangke'deran kombongko sangtiangkaran massalendang sae lako massalendang sae rekke
      gaega'ko sangke'deran kombongko sangtiangkaran sola pambawa unta'mu passariri kinallomutu suas-suananmu, ammu ola la'pana litak, mu paella bura-bura
      Sikko liku mandalan mupotete mu polambanan, ammu kendek menggantananna tejio kapadanganna, pa'butagarimoko pa'bumarasa
      Dipasitammu sangsiporaianmu lan merrantena lino, dipasidete' sangbaisenmu lan pa'karerangan
      ku tambaipa sang puangmu kuolipa sang deatanmu

    • Sitammu moko sangsiporaianmu lan padang di Deri sidete' moko sangbaisenmu lan Tongkonan Pemanukan
      pa'butagari moko lan rante masangka', pa'bumarasa lan tandung sea-sea, siayoka tedong ma'bulu datu si tindo' to ma'mawa' palisu sirenden
      Mu tambaipa sang Puang Mu, Mu olipa sang deatanmu

    • Ambe' di Deri Ambe' di Sanggona, namatua induk sangkalelean banu' karurungan sanda mairi'
      Puang di to' Pamaling nanai rampan di lino sukaran aluk sundemme' kapadanganna aluk sanda pitunna, dinai tumanan bua' unnosok kaperaukan

    Next| 1 | 2 | 3 | 4 |

    Massomba tedong_3

    • Maleako malinga'ko lele mekutana ko, kumua tambada ulang rara’na teapada banning bulawanna ketibungka’i pangkapu’ Puang ketikillangngi salimban to merammi
      Ulla’ka’na’ tedong ma’bulu datu mapasiayoka tedong bati’na pundu to seko, tumanan moko talinga duanmu palempemoko suling patomalimmu
      Napa sisalu-salunna tedong ma’ bulu datu napasi kadawang-sikadawangna bati’na pundu to seko ketirambanni jiong sumalunna Lombok li’pangngi jiong tiampa tikalebona, nadirenden ta’ka’ pemali alukna sumalunna Lombok, dibiring to kayangan jiong tiampanna tikalebona, angki langngan urrundunan pakkan aluk mellao langi’ didete’ karende kandaurena sangka’ passaleanna aluk linda’ padang-padang, napo aluk torro tolino napo pemali totongkon mentau mata

    • Lendu’ tama talinga duanmi tiranduk tama suling patomalinmi Puang dipemala’i Puang dipekaduai, Puang dilauran langngan Puang dipaparanni sangpap’na do Puang duang papa’na tallung apa’ lima anna mangka sitodoran
      Makaruapa tang kulambi’ annanpa tang kuratui, do Puang Matua Puang Makole-kole do Puang Tumampa tau do komombong torro tolino, denka apa tang na tampa apaka tangna garage Puang umpasanda sangka’ umpapantanni taruno
      Mangngako li’pangko kulandi kupokada rara’ kudete’ kusa’bu’ rau-rau, do Puang dipemalai’i do Puang dipekaduai do Puang mangalloanan manik do Puang ma’papa bulawan
      do Puang dipemala’i Puang dipekaduai Puang dipa’rande-randei dao Puang kandeataan do diambo-amboran re’pe’ Puang dibarra’ marrian, sundallak pa’ barusanna pasuloan beluakna paarang lisu matanna dipemala’i dipakaduai dipa’rande-randei
      Puang to’bana’ to’ kalumpang do Puang to’ tabang sialongan do mammaranna pare pantan pare umba’na bulinna pare pantan garaganna, Puang sugi’ do le’bok sugi’ ma’kasea-sea do karua alangna annan panito disura’ mammaranna pare pantan pare umba’na bulinna pare pantan garaganna
      Puang dipemala’i do Puang dipekaduai Puang dipa’rande-randei do Puang Maruru’ Puang ma’komba barata do masinggi’ katonan tempo’ disapa’ pa’uaian, tipodo’ tiajo loko massipiak salu kande mammi’ mu massese arrusan timbu’ marasammu
      Do Puang dipemala’i Puang dipakaduai Puang dipa’rande-randei Puang malolo’ malalan anna Puang majionanna messaleanan garagako sangke’deran kombongko sangtiangkaran, tindak bantangmo sarira umbuyu’mo tarauwe mupotete mupolambanan, ammu rampan dilino sundemme’ kapadanganna pa’butagari pa bu marasa
      Siayoka tedong bati’na pundu to seko sitindo to ma’mawa bai ma’kale lendong anna bonde mangamba masapi, siayoka tedong manuk ma’tillok tora’ tanda masiang dipasitindo tedong tallang tang dipedaunni dipasitindo to ma’ mawa tallang sura’
      Kutambaipa sang puangmu kuoli’pa sangdeatammu

    • ammu dipasitammu lan rante masangka’ mudipasidete’ lan rante masangka’ mudipasodete’ lan tandung sea-sea
      Puang tolapi’ tana jiong parande padudung, Puang pasali ala’ anna jiong Puang tokebali’bi’ Puang to kekaya-kaya, Puang malea isinna Puang borrong kanukunna Puang dipemala’i Puang dipekaduai
      Garako sangke’deran kombongko sangtiagkaran sola pambawa unta’mu passariri kinallomu tau sua-suasanmu

    • Jiong Puang la dibungka’ ba’bana dibarrean goalinna, tibungka’ tang dilimangki tibarrean tang tarunoki, Tibungka’ nabungka’ aluk tibarrean nabarrean pemali, mallea to malinga'ko kumua tumbara ulang rara’na teapada banning bulawanna mubungka’ di ba’ba manikmu ammu sorongnganni palelan
      Tumanan mokkko talinga duanmu palempang moko suling patomalinmu ammi dipassisalu-salunna anna dipasikadawang-sikadawangna, tu tang mupomallo’ tang mu polewaga sipoulangmi jiong sumalunna Lombok jiong tiampan tikalebona

    Next | 1 | 2 | 3 | 4 |

    Massomba Tedong_2

    • Puang Matua kumombong torro tolino do tangngana langi’ Puang Pagaraga jiong mangapi’na tana, tiramban komi mani’i kusalu kupokada rara’ li’pang komi mani’i kusa’bu’ rau-rau
      Na makamban ku potuo kollong namanimpa’ ku pokulambu penawa matindo banu’ karurungan, la mu toimo ulang rara’na ma’bulu datu la musapumo boko’ tang boringanna palisu sirenden digantimo tedong masero pindan bati’na pundu to seko ditende’mo iya tedong mabase bulawan
      La mu toemo ulang rara’na tedong mosa bulunna la musapumo boko’na tang boringanna palisu sirenden anna pokendekki sumalunna Lombok napo marumbo’i pare pantan pare umba’na bulianna anna dipang lapo’i randanna sumalunna Lombok na dipabu’tu-bu’tui pangriuanna tiampan tikalebona

    • Disorongan sangpuangna pare mellao langi’ didapa-dapan sangmendeatanna pare pantan pare umba’na bulinna, wai susunna torro tolino pare mellao langi’ pendoyanganna to tongkon mantau mata, na kandei torro tolino keanak marapuan tallang napatobang dikollong to tongkon mentau mata tuo ma’ kaponan ao’, tang napora’ lindona dandan torro to lino tang na birri’ pa’uasoan to tongkon mentau mata

    • Lendu’ tama talinga duanmi Ppuang Matua do tangngana langi’ tiranduk tama suling patomalimmi Puang Pagaraga jiong mangapi’na tana, apa la sang lindorika napatu tuangga to sirio/aluk lan padang di Deri, sukaran la sang tanda rika napotu mimbu’ kumuku’ to sisaladan bulo ala’ pananda bisara lan to bamba maruang
      Manda’ na allonni tang maling natulabonni tang malilu langan masondokanna bayu aluk mellao langi’ ke tirambanni sumalunna Lombok rekko nalendokan tali bae’ ke li’pangngi jiong tiampan tikalebona
      Iamo ia te langangan narundunan pakkan to sirio sukaran aluk lan padang disillanan rekke nabille beluak to sisaladan bulo ala pananda bisara lan to bamba maruang, lendu’ tama talinga duammi Puang Matua do tangngana langi’ tiranduk tama suling patomalimmi Puang Parande Padudung diong mangapi’na tana
      Tang na lambi’ randan pudukki to sirio sukaran aluk lan padang di Deri tang na dete’ nunungan lilaki sanglopi to kalambanan to sisaladan bulo ala pananda bisara lan to bamba maruang
      Tangkilambi’mo la kikali uaka’na tonna tipamulanna aluk sanda pitunna tang kidete’ mo la kinunnung lame-lamena tonna tiparanduk aluk sanda iya’na

    • Umbai indemokomi kasalle massua’ Puang Matua do tangnganna langi’ kureangan moko Mi to napobatang Puang Parande Padudung jiong mangapi’na tana, la umpasirundunan pakkanni aluk mellao langi’ la umbilla to kayanganni aluk sanda pitunna
      Na makamban na potuo to sirio sukaran aluk lan padan di Deri nama nimpa’ napo kulambu kumila’ to sisaladan bulo ala’ pananda bisara lan to bamba maruang, tiku rindinapa anak to pande lan padang di Deri tasitagone-gonepa solo sarapangna todi potomatua, tiku rindingnapa to petamba puang anna to pelambe deata
      La ullengka’i langngan tangnganna langi’ anna jiong mangapi’na tana anna lan merantena lino ke manasui sanda manasu ke maindai sanda mainda

    • EEEEeeeeeeeee Puang ditongkonni Puang diisung-isungngi Puang diosokki karerang dipati’dakki tallang tang dipedaunni, dipasirondong loloanda’ malimbuang ongan dinai tumanan dapo rumanduk batu lalikan, Puang dipemala’i Puang dipekaduai-duai
      Dipemala’i lan te allo melambi’ diparande-randei lan te kulla dipemarasai, tedong ma’bulu datu anna diganti tedong masero pindan bati’na pundu to seko ditulungan sumalunna Lombok di sa’ka’i jiong tiampan tikalebona, napo kendekki lompona padang napo langnganni lu’pa tiampan tikalebona

    • Puang do tangngana langi’ Puang do lisu-lisuanna
      Puang Paonganni Puang Pasareongi unnonganni sangpuangna ussareongi sangdeatanna
      Puang dibarrena allo do Puang di lindona bulan di indo’ madenna
      do Puang di papatui, do Puang dipakaduai
      Puang annan saeluranna do Puang umpasikallo sarira
      do Puang dipemala’i Puang dipekaduai Puang dipa’rande-randei
      Puang la di bungka' ba’bana do Puang dibarrean goalinna
      Tibungka’ tang limangki tibarrean tang tarunoki
      Tibungka’ na bungka’ aluk tibarrean nabarrean pemali

    Next | 1 | 2 | 3 | 4 |

    sambungan ukiran tua

    • Pa’ Katik
      • Pa’ Katik yang dipasang di atas kabongngo’ itu adalah pertanda bahwa seluruh prosesi adat sudah dilalui semua, baik adat rambu solo tingkat tinggi maupun adat rampu tuka' sudah sampai puncak (mintu’na sara’ mangka nasangmo na olai sia di pogau’ dio tongkonan yato) Pemasangan pa' katik tidak sembarang pada rumah tongkonan, karena pa' katik melambangkan bahwa tongkonan tersebut adalah:

        • Panggala Tondok
        • Memegang peranan penting dalam masyarakat/Pemimpin
        • Mempersatukan (ma' pasangkutu' banne)
        • Bangsawan
        • Pekamberan/Pekaindoran/Puang/Ma'dika/Sokkong Bayu/Sindo'/Siambe'
        • Telah menyelesaikan semua prosesi adat

        Pa' Katik biasa ada bersama ukiran Pa' Rangga Ulu, dan Pa' Londong Tungga'

    • Pa’ Talinga Tedong
    • Pa' Rangga Ulu
      • Pa' Rangga Ulu (kepala besar) menandakan tongkonan para orang bijaksana dan pemimpin/pekamberan/pekaindoran dan lain-lain yang mampu melindungi, mempersatukan dan memberikan solusi yang tepat atas permasalahan yang ada

        Ukiran pa' rangga ulu juga memberikan pesan pada semua orang khususnya keluarga pemilik tongkonan agar selalu bertindak bijaksana dalam hidup dan harapannya bahwa semoga keturunan dari tongkonan tersebut dapat menjadi pemimpin yang arif dan bijaksana, tegas, dan adil

    • Pa' Londong Tungga'
      • Pa' Londong Tungga' (Ayam jantan tunggal), ukiran ini biasanya terletak pada ujung lindo para (angin-angin) Ukiran ini mempertegas bahwa yang empunya tongkonan tersebut adalah keturunan pemimpim/pemimpin (to bendan pakorok londong lan tondok), untandai lingkana bulan unnissan bitaranna bintoen, sa'dingan tiberrekna dannari unnissan mandalanna bongi sikaloli' sampena baraninna pariama

        Biasanya pada jaman dahulu orang-orang sekampung akan datang bertanya ke tongkonan tersebut bila ada suatu kegiatan akan dilaksanakan


    |Back|Next|

    sambungan ukiran tua 3

    • Pa’ Bungkang Tasik
      • Pa' Bungkang Tasik atau dalam bahasa Indonesia Kepiting/Ketam Laut Ukiran ini merepresentasi bahwa pemilik tongkonan adalah orang pemberani menyeberangi lautan untuk mengais rejeki seperti bungkang yang hidup dilaut yang dalam

        Pesan dan harapan dari ukiran ini adalah semoga keturunan dari tongkonan senantiasa memiliki jiwa pemberani dalam mencari rejeki

    • Pa’ Lolo Paku
      • Pa' Lolo Paku disini maksudnya kuncup tumbuhan paku-pakuan, dimana kuncup muda dari tumbuhan paku ini dapat dijadikan bahan makanan dan juga obat-obatan.

        Makna dari ukiran pa' lolo paku adalah boleh memberikan makanan tetapi jangan bengkok hati atau jangan memberikan sesuatu dan menuntut balas, hendaklah kita hidup lurus dan bijaksana dalam menanggapi persoalan hidup

    • Pa’ Tangki’ Pattung
      • Pa' tangk' pattung menyerupai paku bambu yang biasa digunakan untuk mengaitkan tiang bangunan. Ukiran ini melambangkan kebesaran bangsawan Toraja dan lambang persatuan yang kokoh seperti paku bambu.

        Ada juga motif pengembangan dari Pa' tangki' pattung.
        Motif ini terdiri dari 4 bundaran benda seragam dan membentuk angka 8 sebangun, yang bila dijumlah menjadi 16, sama dengan 1+6=7. Angka 7 merupakan angka sakral bagi orang Toraja sesuai dengan falsafah aluk sa'bu pitu ratu' pitung pulo pitu (Seribu Tujuh Seratus Tujuh atau 7777). Ukiran ini merupakan lambang kebersamaan dan kekeluargaan Toraja.

    • Pa’ Bulintong
      • Pa' Bulintong/bulittong dari kata bulintong/bulitting dalam bahasa Indonesia adalah kecebong
        Jadi keturunan tongkonan disimbolkan bagaikan kecebong dalam kubangan kerbau mereka berenang dengan bebas menikmati hidup
        Ukiran ini merupakan simbol harapan berkembangnya keturunan seperti bulintong/bulittong yang berkembang dengan cepat dan banyak dan semoga diberi rezeki yang semakin hari semakin naik dan juga kesejahteraan hidup mereka

        Pa' bulittong/bulintong menggambarkan pemilik tongkonan sebagai keluarga yang besar, berlimpa rezeki dan senantiasa hidup bahagia


    |Back|Next|

    Sambungan ukiran tua 2

    • Pa’ Daun Paria
      • Paria atau dalam bahasa indonesia pare. Tanaman yang punya rasa pahit ini dapat dijadikan sayur dan obat berbagai penyakit. Pahit getirnya kehidupan telah banyak dilalui dan inilah tandanya bahwa kita berhasil melaluinya dengan berdirinya tongkonan ini, tetapi ini adalah awal mula, tantang dalam hidup sangatlah banyak dan tiada henti. Ukiran ini melambangkan kekuatan dan keberhasilan melalui hidup yang susah

        Pesan moral dari ukiran pa' daun paria adalah sesuatu yang pahit harus dijalani karena yang pahit belum tentu racun melainkan mungkin obat yang dapat menyembuhkan perjalanan hidup yang pahit akan membuat kita kuat/menguji kekuatan kita. Teguran atau nasehat yang harus diterima walaupun menyakitkan karena mungkin akan membawa kepada kebaikan.

    • Pa’ Bombo Wai
      • Ukiran ini menyerupai binatang air angan-angan (Bombo Uai) yang dapat bergerak meniti diatas air dengan halus dan sangat cepat. Pa’ Bombo Uai mengingatkan kita untuk lebih bijak meniti kehidupan, Lincah, cekatan, cepat dan tepat seperti bombo uai itulah gambaran sang empunya tongkonan.

        Dalam hal ini, bombo berarti “binatang air yang melayang di atas air bagaikan angin”. Ukiran ini merupakan gambaran manusia sang empunya tongkonan yang bekerja cepat, tepat waktu, displin, dan terampil. Pesan moral ukiran pa' bombo uai adalah semoga anak cucu turun temurun selalu bijaksana dalam hidup, cukup ilmu, bekerja cepat disiplin, cekatan. hidup adalah usaha, ilmu, bijaksana

    • Pa’ Kapu’ Baka
      • Baka berarti Bakul dan Kapu baka berarti pengikat bakul, tempat menyimpan harta kekayaan rumah. Jadi, ukiran yang mirip simpul-simpul penutup bakul (baka) yang merupakan tempat menyimpan harta orang toraja jaman dulu sebelum ada peti atau lemari. Simpul yang terbuat dari tali dibuat sangat rapi hingga ujung simpulan tidak terlihat. Jika simpul telah berubah berarti ada yang sesuatu dari dalam bakul itu.

        Ukiran ini melambangkan kekayaan dan kebangsawanan, sedangkan simpul rahasia pada ukiran melambangkan kepemimpinan pemilik rumah yang sukar ditiru orang lain dan pandai memelihara rahasia keluarga dan inilah juga menjadi harapan pemilik tongkonan bagi keturunannya

    • Pa’ Tangke Lumu’
      • Pa' tangke lumut dibagi atas 2 jenis yakni pa' tangke lumu' situru' dan pa' tangke lumu' sisarak Makna dari ukiran pa' tangke lumu' adalah adalah kaum keluarga yang hidup rukun dalam pergaulan sehari-hari sangat dipuji oleh orang-orang lain.

        Pesan moral dari ukiran pa' tangke lumu' situru' adalah semoga rumpun keluarga turun temurun selalu hidup rukun, saling menjaga dan menjadi panutan/simbol kerukunan dalam masyarakt sedangkan pa' tangke lumu' sisarak mengingatkan keluarga agar memelihara kehidupan rumah tangga dengan baik karena perceraian sangat tidak menyenangkan bagi keluarga apalgi anak-anak dan bahkan dapat meretakkan/melemahkan keluarga besar

    |Back|Next|

    Sambungan ukiran tua

    • Pa’ Barana’
      • Pa' Barana' dari kata Barana' yang berarti pohon beringin. Tongkonan yang melindungi/mengayomi masyarakat, pemilik tongkonan memiliki strata sosial yan tinggi dalam masyarakat, yakni golongan pemimpin
        Harapan dari ukiran pa' barana' adalah agar keturunan dapat memperoleh rejeki dan berkembang seperti halnya pohon beringin yang selalu tumbuh dengan lebat dan juga diharapkan nantinya akan muncul keturunan yang dapat menjadi pemimpin dan melindungi rakyat umum
    • Pa’ Bai
      • Babi merupakan ternak peliharaan yang bernilai tinggi bagi masyarakat Toraja, selain untuk di konsumsi babi juga digunakan sebagai sarana dalam acara ranbu tuka' dan rambu solo di Toraja dan juga tanda perekat kekerabatan. Meletakkan ukiran babi/pa' bai pada tongkonan adalah mengandung suatu harapan semoga keluarga dapat memelihara babi untuk kemakmuran keluarga mereka

    • Pa’ Lolo Tabang
      • Pa’lolo Tabang artinya ukiran yang menyerupai pucuk lenjuang. Lolo artinya pucuk, sedangkan tabang adalah lenjuang. Pa' Lolo tabang pada tongkonan menandakan tongkonan tersebut adalah tongkonan para orang bijaksana dan berstrata sosial tinggi, bergolongan pemimpin, pemimpin yang adil dan berilmu namun rendah hati

        Lengkuang biasanya ditanam orang pada pinggir sumur dan pada tempat-tempat membawa persembahan kepada dewa-dewa. Untuk orang-orang yang masih memegang kepercayaan animisme, tumbuhan ini diperdewa agar mereka senantiasa sehat walafiat dalam hidup, panjang umur, bijaksana. Tumbuhan ini juga dijadikan obat untuk orang sakit juga dipercaya sebagai penangkal petir

    • Pa’ Daun Bolu
      • Daun bolu dalam bahasa Toraja berarti daun sirih. Daun sirih sering digunakan sebagai pelengkap acara ritual permohonan.

        Makna pa' daun bolu adalah keluarga ini diberkati dan dilindungi oleh dewa sang pencipta sehingga bisa mendirikan bangunan Tongkonan ini Harapan dari ukiran ini adalah semoga seluruh rumpun keluarga turun temurun selalu mendapat perlindungan dan berkat dari sang pencipta

    |Back|Next|